Lebih Hemat 2014: Cara Hindari Ludesnya Gaji di Minggu Kedua

Akhir tahun waktunya berbenah. Pada saat seperti inilah terpikir rencana berbuat lebih baik di tahun selanjutnya. Termasuk dalam keuangan pribadi.

Mungkin perlu diingat, bagaimana penghasilan yang dikumpulkan selama ini nyaris tak bertahan sampai akhir bulan. Jangankan selama itu, untuk melewati minggu kedua saja menuntut perjuangan.

Bayangkan pusingnya bila harus mengalami hal itu lagi sampai 12 kali ke depan!

tips berhematBayangkan hasil penghematan Anda sebanyak ini

Kita perlu lebih baik. Rumus “hemat pangkal kaya” nampaknya sudah tak asing lagi, masih berlaku kah?  Sebab, banyak yang tahu namun tetap kesulitan mengatur keuangannya.

Lantas, bagaimanakah seharusnya?

Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit

Kita mesti berhemat. Banyak menabung. Alergi boros. Kalau sudah banyak yang tahu dan tetap mengalami kebocoran, mau jurus seperti apa lagi?

Tunggu dulu, akar masalahnya baru saja terjawab. Masalahnya ternyata bukan lagi pada ketidaktahuan, tapi pada kebocoran itu sendiri.

Toleransi terhadap hal kecil di sana-sini yang karena terpencar menjadi tak terasa. Seperti kebocoran di rumah, cukup mengganggu tapi masih bisa diabaikan.

Paling hanya mengambil ember, penyesuaian kecil yang tidak bakal mengubah cara hidup Anda, bukan? Berbeda dengan banjir, di mana sedikit saja terlihat tanda-tandanya bisa memicu langkah antisipasi.

Hal yang sama terjadi pada keuangan pribadi. Seperti musibah mendadak, hal-hal darurat yang menguras keuangan, tentu menjadi pukulan berat. Meski begitu, seringkali bukanlah hal tersebut yang menjadi penyebab.

Sebaliknya, yang sering terjadi dalam keseharian adalah kebocoran di mana-mana. Rembesan-rembesan pengeluaran kecil yang tak terlalu diperhatikan hingga berubah menjadi bukit.

Boros tanpa menyadarinya. Bila Anda seorang profesional muda, bisa jadi hal ini paling sering Anda alami. Ayo, mengaku saja? Kalau memang begitu, adakah jalan mengatasinya?

Waktunya menambal kebocoran

Sebagaimana dikutip dari Learnvest, Senin (16/12/2013), Alexa von Tobel, penulis buku Financially Fearless membeberkan triknya yang bisa Anda terapkan sebagai berikut:

DAFTAR ISI

1. Gunakan sistem TEKS

Sistem TEKS (Tunda – Eliminasi – Kurangi – Simpan). Buatlah catatan pengeluaran agar senantiasa dapat dievaluasi.

Dari catatan tersebut, dapat diketahui pengeluaran mana yang sebenarnya bisa ditunda ke waktu yang lain, dieliminasi dari daftar anggaran, dikurangi dalam pengeluaran ke depan, sampai yang tetap Anda simpan dalam daftar.

2. Perhitungkan nilainya

Setiap tahunnya wanita berusia 30-49 tahun di Amerika Serikat rata-rata menghabiskan sekitar $ 1.200 hanya untuk pengeluaran kosmetik. Bila ditotal bisa menjadi $ 12.000 dalam 10 tahun. Bisa membeli mobil, kan? Industri kosmetik telah menjual 1,5 milyar dolar untuk produk perawatan pria di tahun 2010.

Alexa tidak menyarankan untuk menyingkirkan produk perawatan sama sekali, hanya saja perhatikan nilainya, dimana mesti tak hanya harga yang diperhitungkan tetapi juga dari seberapa sering menggunakannya.

Untuk mengetahui biaya per pemakaian (cost per use), bagi biaya item dengan seberapa frekuensi penggunaannya. Perhitungan ini bisa dijadikan acuan tiap kali memutuskan pembeliannya.

3. Mengurangi kegiatan makan dan minum di luar

Mengurangi kegiatan makan dan minum di luar bisa sangat menguntungkan dari segi biaya dan kenyamanan. Tapi, di cafe kan ada Wi-Fi gratis?

Lebih murah membeli paket data bulanan dibandingkan Wi-Fi yang tak seberapa sebagai alasan. Ingat, kebocoran pengeluaran Anda bermula dari pembenaran atas hal-hal yang sebenarnya bisa dikurangi atau bahkan dieliminasi, tapi tetap dibiarkan. Berbesar hatilah, Anda sendiri kok yang merasakan manfaatnya.

4. Buatlah masa tunggu

Memberlakukan masa tunggu sebelum melakukan penjualan bisa merubah reaksi kimiawi otak. Jika mengambil jeda dari item idaman selama dua hari saja, kemungkinan membeli telah berkurang sepertiganya.

Khawatir lupa barang yang dibutuhkan? Buat daftarnya di ponsel. Terkadang bakal terbeli, terkadang jadi hadiah diri sendiri, atau seperti pengalaman Alexa, malah tak terbeli sama sekali.

5. Lebih canggih dalam memahami trik marketing

Apa yang mendasari keinginan membeli barang? Karena faktor suka atau sedang diskon? Seringkali diskon hanyalah permainan marketing.

Saya sendiri pernah membeli sebuah item karenanya, kemudian tahu belakangan kalau di toko sebelah harganya sama tanpa embel-embel! Lebih canggih lah memahami triknya dan waspada terjebak berkali-kali.

6. Konsisten dengan anggaran

Jangan terpancing pengeluaran tambahan yang sebenarnya masih bisa dianggarkan. Hal ini berlaku terutama saat liburan.

Dengan mengetahui anggaran pengeluaran yang dimiliki untuk liburan, besar kemungkinan menghormati batasannya. Meskipun sulit, ini bisa menyelamatkan dari rasa sesal di akhir liburan.

7. Royal memberi hadiah tak selalu lebih baik

Saat memberi hadiah, secara tak langsung penerimanya merasa seolah mesti membalas kebaikan. Meski niat Anda tulus, bayangkan bahwa hadiah mahal yang diberikan pada seorang teman bisa membuatnya stress memikirkan cara membalasnya.

Hadiah yang sederhana namun berkesan lebih menyenangkan daripada yang jor-joran. Hemat lagi.

8. Jadwalkan waktu berbelanja

Beberapa barang seperti furnitur punya musimnya sendiri, mulai dari perabotan kantor sampai rak buku. Terdapat masa di mana harganya lebih murah dibandingkan bulan yang lain.

Mengetahui bahwa barang yang sedang tren memang punya kecenderungan berharga lebih mahal, berarti hal sebaliknya juga berlaku. Dengan menitikberatkan pada aspek fungsionalitas, kemudian menjadwal ulang pembelian, Anda bisa menghasilkan penghematan super besar.

Tak tahu mesti mulai darimana?

Mudah saja, cukup mulai tahun baru Anda dengan tips nomor satu: kebiasaan mencatat pengeluaran dengan sistem TEKS. Kalau Anda tak sempat membaca tips yang lain secara utuh, cukup baca saja tips yang itu.

Tanpa pencatatan, Anda  bakal kesulitan membuat anggaran yang berfungsi, hal yang menjadikan kebocoran bakal balik menghampiri. Cobalah.

Nah, sekarang, sudah siap kan dengan keuangan yang lebih baik?

(Foto: JasonParis – flickr.com)