6 Teknologi Baru yang Saling Berpacu Tahun 2014

waktu baca 5 menit
Jumat, 27 Des 2013 23:40 0 53 Riyadh
 

GoogleGlass_15Menarik bagaimana kecepatan teknologi berkembang sangat cepat dan selalu membawa kejutan. Saya masih  teringat masa awal-awal di mana kata “Android” masih perlu saya googling.

Dan yang  terjadul, masa di mana teman saya pertama kali menyebut fenomena Blackberry, yang baru populer di Indonesia. Padahal, di masa itu saja di negara asalnya sendiri sudah mulai ditinggalkan.

DAFTAR ISI

Roda Berputar

Untuk perangkat yang pertama disebut, lebih tepatnya sistem operasi, kini bukan lagi barang asing. Bisa jadi, kamu tengah mengoperasikannya saat membaca artikel ini.

Memang Android telah merajalela, sampai-sampai mendiang Steve Job, saat masih menjabat CEO Apple menyatakan perang “termo nuklir” terhadapnya.

Selepas pernyataan itu, seiring perseteruan panjang Samsung dan. Apple, justru Blackberry yang lebih dulu jatuh. Lihatlah, bagaimana dominasi perangkat itu telah berakhir dengan BBM yang terbuka bagi Android.

Bahkan, beberapa gedung perkantoran produsen perangkat bersangkutan dikabarkan telah dijual di Kanada. Tak tanggung-tanggung, 5 gedung sekaligus! Dengan John Chen sebagai CEO interim Blackberry, Ltd., kini mereka bertata dan berusaha bangkit.

Itulah yang terjadi dengan teknologi di masa sekarang. Bagaikan roda yang berputar dengan injeksi “NOS”.

Teknologi yang Diprediksi Meledak di Tahun 2014

Bukan tak mungkin bakal ada teknologi lainnya yang akan tumang. Namun, bersamaan dengan itu tentu akan ada pemain baru bermunculan. Sepanjang tahun 2013, beberapa purwarupa telah diuji coba dan bahkan berhasil diproduksi. Sebagian darinya mungkin tak lagi asing di telinga.

Beberapa teknologi berpotensi mengalami perkembangan lebih jauh di tahun 2014. Tertarik menelusuri calon pemain-pemain baru tersebut?

Smart Company, Selasa (07/11/2013), melansir enam teknologi yang bakalan saling berpacu sebagaimana berikut:

Tampilan Lengkung dan Fleksibel

Perangkat layar lengkung atau fleksibel memungkinkan desain dan bentuk yang belum pernah ada sebelumnya dari yang disajikan oleh layar datar. Walaupun demikian, menghasilkan perangkat dengan layar lengkung atau fleksibel tak semudah yang dibayangkan.

Di samping tantangan menyediakan baterai lengkung yang aman dari kebocoran, atau papan sirkuit lengkung yang tahan tak patah, terdapat kesulitan dalam menghasilkan layar lentur yang sanggup kembali ke bentuk semula.

Sebagai hasil, teknologi ini telah lama mengawang-awang sebelum akhirnya terwujud dengan smartphone terbaru LG G Flex dan Samsung Galaxy Round.

Meski begitu, dikarenakan keterbatasan kapasitas produksi, agaknya bakalan sulit melihat kedua perangkat tersebut di luar Korea Selatan dalam waktu dekat.

Smart Television

Dalam beberapa tahun terakhir, televisi dan tampilannya telah meroket menjadi bisnis bervolume tinggi dengan margin rendah. Tampilan LCD telah menurun dari segi harga, sementara 3D telah gagal meledak di pasaran.

Meski begitu, kemunculan smart television dapat merubah keadaan, dengan ruang keluarga sebagai arena pertempuran bagi taipan teknologi.

Google dilaporkan tengah giat-giatnya mengembangkan ide penggunaan aplikasi smartphone dan tablet Android di televisi. Berlawanan dengan Samsung, yang memunculkan ancaman, dengan penggunaan Tizen milik mereka sendiri sebagai sistem operasi dibandingkan Android.

Sementara itu, Apple telah lama dikabarkan tengah mengerjakan produk berbasis televisinya sendiri, meskipun sejauh ini sedikit yang terwujud.

Smartwatches

Smartphone bisa sangat mengganggu bila sampai terlupa atau terjatuh. Tentu akan lebih mudah menyimpannya di saku atau tas, sembari mendapat fungsi yang sama dari pergelangan.

Di sinilah smartwatches muncul sebagai jawaban, dengan Pebble dan Samsung Galaxy Gear – diluncurkan dua bulan lalu – sebagai pelopor. Meski begitu, kedua perangkat tersebut masih membutuhkan pengembangan sebelum sanggup menjadi aksesoris yang populer.

Walau begitu, sejumlah perusahaan – dari produsen chip Qualcomm sampai Google, Apple, Microsoft dan LG – dipercaya tertarik mengincar pasar ini.

Kacamata dengan Augmented Reality

Augmented reality adalah istilah keren dari grafis digital menumpuk (overlaying digital graphics) atau informasi yang berdasarkan pemandangan nyata dari kamera pada waktu berlangsungnya.

Sudah ada sebelum ini beberapa aplikasi smartphone yang dapat menjalankan augmented reality – sebagai contoh, aplikasi yang menerjemahkan teks dari kamera ponselmu secara langsung. Meski demikian, berjalan ke mana-mana memegang smartphone sepanjang hari jauh dari ideal untuk menampilkan augmented reality.

Oleh karenanya Google mengembangkan sebuah produk baru yang disebut Google Glass, yang malah menumpuk informasi atau grafis ke atas sepasang lensa di kacamata.

Meski peluncuran mengalami penundaan hingga bulan Mei tahun depan, Google Glass merupakan produk yang telah memiliki beberapa pengembang dan bahkan Australian Football Leageu (AFL) turut berminat.

Otomasi Rumah (Home Automation)

Seperti mobil terbang, nampaknya otomasi rumah tergolong salah satu dari teknologi yang bakal selalu tersisih.

Pada tahun 80-an, masalahnya terdapat pada kekuatan prosesor dan memori. Pada masa sebelum Wi-Fi di tahun 90-an, terdapat tuntutan menggunakan kabel untuk membuat jaringan di rumah. Pada tahun 2000, ide memanfaatkan Windows Vista untuk mengontrol setiap perabotan rumah sudah cukup membuat siapapun berpikir ulang.

Di pameran alat-alat elektronik IFA 2013, Berlin, baik Samsung maupun LG mendemonstrasikan sistem otomasi rumah yang mengatasi hambatan-hambatan di masa lampau.

Di bawah sistem LG, pengguna menandai perabotan cerdas yang siap Wi-Fi menggunakan NFC, dengan menyentuh simbol tanda pada smartphone mereka. Dengan demikian pengguna dapat mengontrol dari jauh perabotan cerdas mereka menggunakan aplikasi smartphone yang disebut SmartAccess.

Aplikasi dan layanan lain menjalankan diagnosis mandiri dan memberitahu pengguna jika ada masalah, dengan perabotan mereka secara otomatis merespon data (contohnya, sebuah kulkas merespon ramalan cuaca) yang diberikan padanya melalui internet, atau pengunduhan fitur dan pengaturan tambahan (contohnya, pengaturan pembersihan).

Samsung nyaris serupa, tetapi menggunakan Wi-Fi dan aplikasi yang telah terinstal pada Samsung smart TV sebagai solusi.

Smartphone Low-End

Ponsel terus mengalami penurunan harga. Sebuah smartphone yang kamu beli seharga Rp. 8.000.000,- di tahun 2008 dapat dimiliki sekarang seharga kurang dari sejuta.

Sebelum kemunculan ponsel, banyak negara berkembang yang tak memiliki akses terhadap komputer, kamera, internet, atau bahkan kabel tetap telpon tradisional yang kemudian –untuk pertama kalinya – mendapatkan akses dari semua teknologi itu melalui smartphone.

Secara tak terduga, produksi masal smarphone murah pada pasar yang bermunculan, serta bergulirnya internet melalui perlengkapan jaringan ponsel 3G dan 4G, besar kemungkinan berdampak mendalam.

Dengan volume potensial perangkat yang dilibatkan, tak lagi mengejutkan tatkala smartphone low-end menjadi target kunci baik bagi Firefos OS dari Mozilla maupun Android KitKat dari Google.

**

Lagi-lagi, menarik menunggu perkembangan semua itu. Jadi, teknologi apa yang paling kamu tunggu?

(Google Glass – foto: theverge.com)