Penyakit mental dapat membawa penderitaan besar bagi mereka yang memilikinya. Dua studi baru juga menunjukkan bahwa penyakit ini juga dapat memberikan efek buruk bagi rentang kehidupan.
Satu studi menemukan bahwa gangguan bipolar meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami kematian dini, dan yang lain menemukan bahwa remaja dengan gejala psikotik lebih beresiko bunuh diri, seperti dilansir dari webMD.
DAFTAR ISI
Pada studi pertama, para peneliti menganalisis data dari lebih 6,5 juta orang dewasa Swedia. Survei melibatkan lebih dari 6.600 orang dengan gangguan bipolar, penyakit mental kronis yang merupakan penyebab utama kecacatan di seluruh dunia.
Rata-rata, wanita dan pria dengan gangguan bipolar meninggal 9 dan 8,5 tahun sebelumnya, berturut-turut, daripada orang pada populasi umum. Orang dengan gangguan bipolar dua kali lebih mungkin meninggal akibat penyebab apapun dan juga pada peningkatan resiko kematian akibat penyakit jantung, diabetes, COPD, flu atau pneumonia, luka kecelakaan dan bunuh diri. Wanita dengan gangguan bipolar juga memiliki peningkatan resiko kematian akibat kanker.
Namun, diagnosis masalah kesehatan muncul untuk mengurangi resiko kematian akibat penyakit kronis di kalangan orang-orang dengan gangguan bipolar, tambah tim peneliti yang dipimpin oleh Dr. Casey Crump dari Stanford University. Mereka menyerukan perawatan medis pencegahan primer lebih baik bagi pasien.
Studi kedua melibatkan lebih dari 1.100 remaja, berusia 13 sampai 16 tahun, yang dinilai untuk gejala psikotik. Tujuh persen dari peserta ditemukan memiliki gejala tersebut dan dari mereka, 7 persen melaporkan usaha bunuh diri selama tiga bulan masa tindak lanjut, dibandingkan dengan hanya 1 persen dari mereka yang tidak memiliki gejala psikotik.
Pada akhir 12 bulan masa tindak lanjut, upaya bunuh diri yang dilaporkan oleh 20 persen dari remaja dengan gejala psikotik dibandingkan dengan hanya 2,5 persen dari seluruh partisipan studi.
Para peneliti juga menemukan bahwa 14 persen remaja dengan psikopatologi dan gejala psikotik pada awal penelitian melaporkan usaha bunuh diri setelah tiga bulan, sementara 34 persen melakukannya setelah 12 bulan.
“Remaja dengan psikopatologi yang melaporkan gejala psikotik beresiko tinggi klinis untuk mencoba bunuh diri,” pungkas tim yang dipimpin oleh Dr. Ian Kelleher, dari Royal College of Surgeons di Irlandia. Mereka percaya bahwa pemantauan lebih dekat gejala dan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mungkin menjadi gejala-gejala “sangat dibutuhkan.”
Kedua studi tersebut dipublikasikan secara online pada 17 Juli dalam jurnal JAMA Psychiatry.
Meskipun kaitan antara penyakit mental dan kematian dini ditemukan, studi tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
Menurut National Alliance on Mental Illness, penyakit mental merupakan kondisi medis yang mengganggu pemikiran, perasaan, suasana hati, kemampuan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain dan fungsi sehari-hari. Sama seperti diabetes yang mengganggu pankreas, penyakit mental adalah kondisi medis yang sering mengakibatkan kapasitas untuk menghadapi tuntutan hidup sehari-hari berkurang.
Penyakit mental yang serius termasuk depresi berat, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan panik, gangguan stres pasca trauma (PTSD) dan gangguan kepribadian borderline. Kabar baik tentang penyakit mental adalah bahwa pemulihan adalah mungkin.
Penyakit mental dapat mempengaruhi orang dari segala usia, ras, agama atau pendapatan. Penyakit mental bukanlah hasil dari kelemahan pribadi, kurangnya karakter atau pendidikan yang buruk. Penyakit mental dapat diobati. Kebanyakan orang didiagnosis dengan penyakit mental yang serius dapat mengalami bantuan dari gejala mereka dengan aktif berpartisipasi dalam rencana pengobatan individu.