HUMBEDE.COM – Barcelona dan Real Madrid merupakan salah satu contoh sepakbola yang kompetitif, tidak hanya pertarungan di lapangan, tetapi juga di luar lapangan.
Kita sebagai penonton ataupun pendukung salah satu tim memang sering disajikan laga yang sangat menegangkan. Banyak dari kita yang menganggap bahwa Barcelona dan Real Madrid tidak pernah akur, benarkah itu?
Persaingan ini melibatkan dua kota terbesar di Spanyol yaitu Madrid dan Barcelona yang juga sukses melahirkan klub paling berhasil dan berpengaruh di negerinya.
Bisa disebut, Barcelona dan Real Madrid adalah raksasa Spanyol yang mendominasi kompetisi La Liga. Mereka juga dominan di ajang Copa del Rey.
Di ajang La Liga, Barcelona dan Madrid menguasai 64 persen juara. Dari 79 musim, Madrid memenangkannya sebanyak 31 kali dan Barcelona 20 kali.
Selama ini, laga el Clasico bisa kita sebut sebagai rivalitas terbaik dalam sepakbola. Laga panas yang tersaji di setiap pertandingan membuat setiap yang menontonnya berdecak kagum.
DAFTAR ISI
Karena terdiri dari persaingan dua kota terbesar di Spanyol, itu juga yang akan memunculkan rivalitas dalam pertandingannya.
Namun sebenarnya, keduanya juga adalah kota yang sangat berbeda baik secara kultur dan emosi, padahal dua kota itu berada di negara yang sama. Dua kota itu menghasilkan dua “mazhab” intelektual yang berbeda, dan tentu saja, berseberangan satu sama lain dari pemikiran atau ideologi.
Orang – orang Catalan atau Barcelona adalah masyarakat yang bebas, sedangkan Castille lebih seperti kerajaannya Spanyol dan juga pusat pemerintahan.
Perseteruan kian memuncak ketika seorang jenderal dari Madrid yaitu Jenderal Franco yang memang beraliran fasisme ingin “membersihkan” daerah Catalan.
Jadi ketika el Clasico digelar dan Barcelona menjadi pemenangnya, itu dianggap kemenangan rakyat Catalan dalam membebaskan tirani dari Castille. Jika yang menang adalah Madrid, maka itu dianggap sebagai kemenangan pemerintah dalam upaya menegaskan kekuasaannya.
Selain karena faktor geografis dan juga ideologi masing – masing klub. Sejarah transfer memang menjadi salah satu pemicu Barcelona dan Madrid menjadi tidak pernah akur sampai sekarang.
Salah satu kasus transfer yang bisa dibilang paling kontroversial adalah ketika kedua klub berniat menggaet pemain River Plate, Alfredo Di Stefano pada tahun1953 silam. Transfer tersebut bisa dibilang sangat kontroversial dan merupakan salah satu pemicu panasnya el Clasico.
Pada saat itu, di Stefano menandatangani proposal kedua klub sekaligus. Di Stefano akan bermain dua musim untuk Real Madrid yang menghubunginya lebih dulu dan dua musim untuk Barcelona.
Namun, Barcelona akhirnya melepaskan di Stefano secara permanen setelah melihat debut pertamanya di Madrid yang kurang menjanjikan. Tetapi ada indikasi lain bahwa Barcelona ditekan oleh diktator Jenderal Franco yang memang orang Madrid, yang mengancam akan memberlakukan larangan untuk pemain yang yang ingin bermain di La Liga.
Selain itu, di antara alasan transfer di atas, penyebab paling parah dari panasnya el Clasico adalah saat ketika salah satu pemain dari tim ini hengkang ke tim lainnya. Transfer Luis Enrique yang pindah dari Madrid ke Barcelona adalah salah satu contohnya.
Transfer ini membuat geram kubu Madrid. Transfer Luis Figo yang juga memecahkan rekor transfer sebelum Zidane juga membuat situasi menjadi semakin panas. Bahkan, ketika kembali ke stadion mantan klubnya, hinaan, teriakan, bahkan kepala babi harus mereka terima.
Berikut adalah fakta – fakta tentang el Clasico yang dikutip dari berbagai sumber:
Itulah beberapa alasan mengapa Barcelona dan Real Madrid tidak pernah akur. Ini juga yang menjadi alasan mengapa laga ini bisa dibilang sebagai laga terbaik di dunia. Semoga bermanfaat!