Kebanyakan rilis yang kita baca mengenai makanan sehat biasanya menyertakan bahasan mengenai antioksidan.
Sekilas kita mengetahui fungsinya untuk menangkal radikal bebas yang menjadi sumber potensi timbulnya penyakit kronis.
Namun sebenarnya apakah antioksidan itu? Apa yang dimaksud dengan radikal bebas? Dan apa saja yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh antioksidan?
Berikut ini kebenaran mengenai antioksidan, sebagaimana dipaparkan oleh Alexandra Sifferlin, kontributor TIME Healthland, dalam artikelnya The Truth About Antioxidants.
Bila membacanya sampai akhir, Anda akan menemukan paparan yang nampaknya bertentangan dan membingungkan, namun di akhir artikel menyediakan solusi mengenai pemahaman antioksidan yang sebenarnya.
DAFTAR ISI
Sebuah laporan baru menunjukkan bahwa antioksidan tidak meningkatkan kesuburan seperti yang diduga sebelumnya. Ini bukan studi pertama untuk mengetahui fakta zat populer ini, dimana banyak orang yang mengasupnya dalam bentuk suplemen.
Dalam ulasan yang dipublikasikan dalam Cochrane Library, para peneliti menemukan bahwa antioksidan tidak meningkatkan peluang perempuan untuk hamil atau memiliki bayi. Hal itu tidaklah mengejutkan, mengingat bahwa kualitas percobaan yang mencoba menghubungkan suplemen kesuburan dengan antioksidan adalah berkualitas rendah, demikian menurut para ilmuwan.
Namun temuan itu bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan pasangan dari para lelaki yang mengonsumsi suplemen antioksidan lebih mungkin untuk hamil dibandingkan mereka yang mengambil plasebo.
Dan ulasan terbaru ini menambah keraguan tentang manfaat kesehatan dari antioksidan, yang telah disebut-sebut berpeluang besar melawan kanker serta menjadi pendukung anti-penuaan. Setelah hadir hanya dalam makanan seperti buah-buahan macam wortel, paprika, atau tomat, kini antioksidan ditambahkan ke dalam air dengan rasa serta produk lainnya untuk mendapatkan label “tinggi antioksidan”.
Nah, pertanyaannya adalah apakah manfaat antioksidan terlalu dilebih-lebihkan?
Antioksidan memasuki kosakata gizi masyarakat pada 1990-an, ketika para peneliti mulai memahami bagaimana radikal bebas dapat merusak, yang disebabkan oleh reaksi berbasis oksigen, berperan terhadap penyakit kronis mulai dari penuaan hingga kehilangan penglihatan dan kanker.
Radikal bebas dihasilkan saat sel menggunakan oksigen untuk memecah makanan menjadi energi dan dapat menyebabkan kerusakan pada sel dengan menempel pada molekul lain serta mendorong sel tumbuh tidak normal atau dengan mengganggu sel berfungsi normal, termasuk di otak.
Radikal bebas adalah produk sampingan alami dari metabolisme tubuh, tetapi dalam kebanyakan kasus, antioksidan secara alami menstabilkan radikal bebas tersebut dan menjaga kerusakan pada tingkat minimum.
Akan tetapi ketika keseimbangan tubuh terganggu, – mulai dari paparan polusi asap rokok hingga apa yang Anda makan dapat menggeser keseimbangan ini – produksi radikal bebas dapat melesat melebihi kemampuan tubuh untuk mengendalikannya.
Itulah mengapa antioksidan menjadi senjata yang populer dalam meraih kesehatan dan kesejahteraan – jika tubuh membutuhkan lebih banyak antioksidan, tak ada salahnya untuk memasok dalam bentuk suplemen, bukan?
Masalahnya adalah, antioksidan datang dalam berbagai bentuk – dari vitamin seperti vitamin C, vitamin E, dan beta-karoten, serta mineral seperti mangan dan selenium. Lalu ada pula karotenoid, flavonoid, dan polifenol. Dan tidak mengherankan masing-masing suplemen memiliki efek yang berbeda pada sel-sel tubuh.
Dalam beberapa tahun terakhir, misalnya, para ilmuwan melaporkan bahwa beta-karoten, bukannya menurunkan tingkat kanker, sebenarnya malah meningkatkan risiko kematian akibat kanker paru-paru atau penyakit jantung di antara kelompok perokok.
Dalam sebuah artikel terbaru yang dipublikasikan di jurnal Trends in Pharmacological Sciences, peneliti toksikologi dari Maastricht University di Belanda menyoroti keyakinan mengenai antioksidan ini, dengan mencatat bahwa kemungkinan beberapa agen antioksidan memiliki beberapa manfaat kesehatan jika digunakan dan dibagikan dalam dosis yang tepat.
Para peneliti tersebut menuliskan:
“Selama beberapa dekade, kami telah memperhatikan bahwa nampaknya pendulum antioksidan mulai berayun penuh semangat dari ‘hanya sekedar sehat’ menjadi ‘sangat beracun’, dan dari ‘antioksidan alami terbaik’ untuk ‘antioksidan tak punya pengaruh’. Tampaknya pihak berseteru tidak mendengarkan kontra-argumen. Laporan keliru tidak diperbaiki, sehingga pendulum berosilasi ke tingkat ekstrem. Ini pasti menghambat penelitian di lapangan dan membingungkan baik ilmuwan maupun konsumen. Sebagai konsekuensinya, kita mungkin gagal untuk melihat peluang antioksidan yang dapat membantu dalam mengoptimalkan kesehatan.”
Jadi, apa yang dikatakan riset mengenai kemampuan serta ketidakmampun antioksidan dalam meningkatkan kesehatan Anda?
Karena antioksidan datang dalam berbagai jenis, masuk akal bahwa Anda mengkonsumsi berbagai buah-buahan dan sayuran yang kaya antioksidan, sehingga Anda bisa mendapatkan keuntungan dari berbagai manfaat yang mereka berikan.
Bersama-sama, campurannya baik untuk kesehatan Anda. Misalnya, antioksidan tertentu mungkin memainkan peran lebih besar dalam mencegah penyakit tertentu, seperti kanker, sementara yang lain lebih baik dalam memerangi kondisi penurunan syaraf.
Dalam sebuah penelitian dari Belanda yang diterbitkan dalam jurnal Neurology pada bulan Februari, peneliti kecewa karena tak menemukan ada korelasi antara diet kaya antioksidan dan penurunan kognitif atau stroke, namun, seperti yang dikatakan Elizabeth Devore, seorang instruktur dalam kedokteran di Harvard Medical School, Boston, dan salah satu dari penulis studi, kepada HealthDay, “Terdapat ribuan antioksidan dalam diet ini, dan beberapa dari bahan makanan diet mungkin memiliki kekuatan antioksidan yang lebih banyak.”
Untuk orang dewasa yang paling sehat, antioksidan yang terkandung dalam diet sehat kaya buah-buahan dan sayuran akan cukup untuk memerangi sebagian besar kerusakan radikal bebas yang terjadi dalam tubuh mereka.
Tapi, kata Jeffrey Blumberg, direktur laboratorium penelitian antioksidan dan profesor nutrisi di Tufts University, kebanyakan orang kurang memenuhi asupan harian yang direkomendasikan untuk vitamin seperti C dan E. Rata-rata orang dewasa harus mengkonsumsi 15 mg vitamin E setiap hari, tetapi lebih dari 90% gagal mengonsumsi sejumlah itu, dan kebanyakan orang hanya mendapatkan sekitar setengah dari dosis yang dianjurkan pada pola makan mereka.
Ini adalah kekurangan besar. Bukannya berarti mereka tidak bisa memenuhi asupan vitain, tapi mereka tidak memenuhinya, demikian menurut Jeffrey Blumberg
Vitamin C dan E tergolong rendah dalam pola makan khas orang Amerika. Perempuan membutuhkan 75 mg vitamin C per hari dan laki-laki 90 mg per hari, itu benar-benar jumlah yang rendah. Minumlah segelas jus jeruk dan Anda hampir memenuhi seluruh kebutuhan vitamin C selama seharian.
“Sangat mudah untuk memenuhi kebutuhan vitamin C Anda. Ini mengejutkan saya bahwa kebanyakan orang tidak melakukannya, “kata Blumberg.
Namun lebih tak selalu baik – hal ini mengenai cara mendapatkan jumlah yang tepat untuk menyeimbangkan aktivitas radikal bebas dalam tubuh. Dan itulah mengapa ahli gizi tidak merekomendasikan pengasupan suplemen untuk menebus apa yang Anda tidak bisa makan sehari-hari, tidak jelas seberapa aman mendapatkan terlalu banyak antioksidan tertentu (beberapa, seperti beta karoten, dapat meningkatkan resiko kematian dini) , dan sangat mudah untuk berlebihan gizi jika Anda mengonsumsi suplemen.
“Apakah klaim di sekitar antioksidan sedikit berlebihan? Jika informasi tersebut mengatakan antioksidan akan mencegah penyakit Alzheimer, kanker, penyakit jantung, penyakit mata, penyakit ginjal dan segalanya, maka ya, itu sedikit berlebihan, “kata Blumberg. “Setiap klaim definitif dan mutlak adalah berlebihan.”
Bagaimanapun, ada pula klaim yang sah, bahwa Anda harus membicarakannya dengan dokter Anda. Misalnya, ada bukti bahwa vitamin E dan C dapat membantu mengurangi resiko degenerasi makula terkait usia, penyebab utama kebutaan pada orang dewasa yang lebih tua, dan melindungi terhadap kerusakan mata yang berkaitan dengan usia.
Tidak ada bukti bahwa antioksidan dapat menjauhkan penyakit paling kronis, tetapi industri makanan dan minuman terus membuat klaim bahwa buah super seperti delima atau buah naga dapat meminimalkan kerusakan oksidatif.
Namun “buah super” merupakan istilah pemasaran yang tidak diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) atau Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) sebagai buah yang menyampaikan manfaat gizi yang didukung secara ilmiah.
Dan bagaimana dengan camilan dan minuman olahan yang membanggakan tingginya tingkat antioksidan? “Tantangan di sini adalah bahwa sejak konsumen memahami bahwa antioksidan pada umumnya baik untuk Anda, mereka akan menggunakannya sebagai ‘kait’ untuk menjual produk mereka,” kata Blumberg.
“Jika antioksidan diformulasikan menjadi suatu produk, contohnya seperti minuman soda, maka berhati-hatilah. Saya berpendapat bahkan jika produk tersebut menyediakan 100% dari nilai harian vitamin C dalam minuman bergula, itu mungkin bukan sumber terbaik vitamin Anda. ”
Kita semua bisa mendapatkan keuntungan dari beberapa antioksidan dengan memperhatikan pola makan dan asupan nutrisi tepat. Dan lebih penting mendapatkan antioksidan yang pasti, seperti vitamin C dan E, dari beberapa ribu fitokimia dan karotenoid yang hadir dalam berbagai makanan.
“Yang utama, vitamin C, vitamin E, seng sangatlah penting. Jika Anda tidak mencukupi asupan vitamin tersebut, dalam [kasus] ekstrim, Anda dapat mengalami masalah defisiensi. Tapi ada banyak penelitian dasar dan studi pada manusia lainnya yang menunjukkan jika Anda mendapatkan jumlah yang cukup, Anda meningkatkan kesehatan dan dapat mengurangi resiko Anda untuk beberapa penyakit kronis yang berkaitan dengan usia, “kata Blumberg.
Seperti kebanyakan hal yang melibatkan kesehatan tubuh, mengkonsumsi dosis tepat adalah kuncinya.
(foto: mischiru – Flickr.com)