Siapa yang tidak pernah meminum teh? Hampir dari kita semua pernah merasakan hangatnya meminum teh saat musim hujan atau saat bersantai di rumah bersama keluarga ataupun teman.
Beberapa penelitian pun juga menyatakan bahwa teh baik untuk kesehatan tubuh ataupun kulit. Oleh karena itu, teh juga bisa menjadi salah satu minuman favorit yang disukai keluarga.
Selain karena rasanya yang menyenangkan, minum teh juga dipercaya dapat menimbulkan perasaan tenang, apalagi jika diminum bersama keluarga dan kerabat.
Namun, ada satu hal penting yang harus diketahui, bahwa manfaat pemberian minum teh pada orang dewasa tidak sama dengan manfaat pemberian teh kepada bayi atau balita anda. Konsumsi teh pada bayi atau balita justru bisa memberikan dampak buruk bagi mereka.
Lalu apa saja dampak negatif pemberian teh bagi bayi dan balita? Simak penjelasan berikut.
DAFTAR ISI
Banyak orangtua yang berpendapat bahwa kandungan kafein dalam teh lebih sedikit daripada kopi. Orang tua pun jadi merasa tidak ada masalah jika memberikan teh kepada anaknya. Padahal, anggapan tersebut tidak benar.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh IPB pada tahun 2007, ternyata menyatakan bahwa kadar kafein teh dan kopi memiliki kandungan yang relatif sama yakni sebesar o,6 persen.
Beberapa akibat buruk yang ditimbulkan jika mengkonsumsi kafein adalah zat kafein dapat mempengaruhi susunan syaraf otak anak.
Kafein dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf anak sehingga anak menjadi gelisah dan sulit tidur. Padahal, aktivitas tidur sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita.
Dampak buruk lain yang ditimbulkan kafein adalah dapat berbahaya bagi jantung si kecil. Kafein dapat merangsang pernafasan dan mengganggu kerja jantung anak.
Selain mengandung kafein, teh ternyata juga mengandung zat berbahaya lain yang disebut Tannin.
Tannin yang terdapat dalam teh dapat menurunkan penyerapan zat besi oleh tubuh. Mineral besi yang terkandung di dalam teh akan diikat oleh Tannin.
Hal inilah yang nantinya dapat menimbulkan reaksi terbentuknya Tannat yang nantinya akan terbuang melalui feses. Reaksi pembentukan tannat tersebut dapat menyebabkan anemia pada bayi.
Asam Tannat yang terdapat di dalam teh juga akan mempengaruhi penyerapan vitamin B. Hal ini akan berakibat kurang baik bagi bayi karena bayi dapat mengalami defisiensi vitamin yang harusnya diperlukan oleh otaknya selama proses tumbuh kembang.
Kafein merupakan zat yang tidak begitu saja mudah dikeluarkan oleh tubuh melalui urin. Kadar kafein yang ada dalam darah bisa mengendap lebih lama sebelum terbuang bersama urin.
Pada orang dewasa saja, waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan setengah dari kadar kafein dalam darah adalah 5-6 jam. Dan pada bayi dibutuhkan waktu selama 14 jam untuk mengeluarkan kadar kafein.
Lamanya proses pengendapan disebabkan karena organ bayi masih sulit melakukan proses metabolisme pada zat kafein yang masuk dalam tubuhnya.
Oleh karena itu, untuk melindungi tubuh anak dari zat yang tidak dibutuhkan bagi tumbuh kembangnya, sebaiknya hindarkan pemberian makanan yang mengandung kafein.
Perlu diketahui bahwa fungsi organ tubuh pada bayi masih belum begitu sempurna. Pemberian teh (apalagi kopi) terutama pada bayi yang berusia dibawah 6 bulan, sangat mempengaruhi kinerja ginjal kecilnya.
Rasa sepat teh yang dikonsumsi oleh bayi dapat memperberat kerja ginjal dan mengganggu sistem penyerapan saluran cerna lainnya.
Jika sistem saluran cerna bayi sudah terganggu, maka penyerapan nutrisi penting bagi pertumbuhannya pun akan terganggu pula. Hal inilah yang pada akhirnya bisa mengganggu proses tumbuh kembangnya kelak.
**
Jadi, untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan balita anda, sebaiknya jangan biasakan mereka untuk mengkonsumsi teh, apalagi jika diberikan dalam porsi yang berlebihan. Berikan saja makanan dan minuman yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan air mereka.
Jika anak anda sudah masuk tahap MPASI, pemberian air putih, jus buah, dan susu tentunya bisa menjadi pilihan yang lebih baik daripada memberikan teh.
Sumber referensi : Majalah Tumbuh Kembang Edisi 18