5 Alasan Mengapa Anda Mesti Menjauhi Konsumerisme Berlebihan

Konsumerisme berubah berlebihan tatkala melampaui apa yang kita butuhkan. Saat kita mulai mengonsumsi melebihi kebutuhan, maka kita telah menyingkirkan batasannya. Kredit personal memungkinkan kita melakukan pembelian di luar tingkat penghasilan.

Periklanan secara halus membentuk ulang hasrat kita akan kepemilikan materi. Dan budaya konsumsi yang melingkupi kita mulai menjadikan konsumsi berlebihan nampak wajar-wajar saja.

shopping

Konsumsi berlebihan menggiring pada rumah yang lebih besar, pakaian yang lebih trendy, teknologi yang lebih canggih, dan lemari yang kepenuhan. Semua itu menjanjikan kebahagiaan, tapi tak pernah memenuhinya. Malahan, ia menghasilkan hasrat untuk lebih … hasrat yang dipromosikan oleh dunia sekitar kita.

Hal itu menghabiskan sumber daya kita yang terbatas. Saatnya kita terbebas dari lingkaran setan. Saatnya mundur sejenak dan menyadari bahwa konsumsi berlebihan tidak memenuhi janjinya menyediakan kebahagiaan dan kepuasaan. Dan hidup dapat dijalani dengan lebih baik dan menyenangkan dengan secara sadar menolak hal itu.

Demikian ulas Joshua Becker dari Becoming Minimalist, pertimbangkan 5 daftar manfaat praktis yang telah disarikan untuk menjauhi konsumerisme berlebihan dari kehidupan Anda

1) Utang yang lebih sedikit

Utang berlebihan dapat menyebabkan stres dalam kehidupan kita juga memaksa kita bekerja dalam pekerjaan yang tak kita nikmati.

Kita ‘menggadaikan’ kehidupan ke pusat perbelanjaan dan mempertaruhkan masa depan terhadap janji kosong periklanan. Jika begitu berarti kita  telah kalah.

 2) Lebih sedikit waktu mengurusi barang

Kebutuhan yang tak ada habisnya untuk merawat benda yang kita miliki menguras waktu dan tenaga.

Entah kita merawat properti, memperbaiki kendaraan, mengganti barang, atau membersihkan apa yang terbuat dari plastik, metal, atau gelas, hidup kita berubah terkuras secara emosi dan fisik mengurusi barang yang tak kita butuhkan – dan dalam kebanyakan kasus, tak kita nikmati pula. Lebih baik bila kita punya lebih sedikit barang.

3) Tak lagi mendambakan gaya hidup ‘kelas atas’

Televisi dan Internet telah membawa perasaan iri terhadap gaya hidup ke dalam kehidupan kita sampai pada tingkatan yang nyaris tak pernah dialami sebelumnya dalam sejarah kemanusiaan.

Sebelum datangnya era digital, orang-orang di Amerika mengenal istilah ‘iri pada the Jones’ (istilah yang mengacu pada acara televisi zaman dulu yang mengisahkan tetangga yang suka memamerkan barang belanjaannya) – namun setidaknya kita memiliki kesamaan (seperti tinggal di lingkungan yang sama).

Era media saat ini telah menggiring kita merasa iri dan mengharapkan norma gaya hidup yang di luar penghasilan, dengan mempromosikan gaya hidup orang-orang kaya dan terkenal sebagai hal yang superior dan patut ditiru. Hanya dengan sadar menolak konsumsi berlebihan, kita dapat menenangkan hasrat untuk selalu mengikuti norma gaya hidup ‘kelas atas’.

4) Berkurangnya tekanan membuat orang berdecak kagum dengan kepemilikan materi

Ilmuwan sosial, Thorstein Veblen membuat frase “conspicuous consumption”atau konsumsi mencolok untuk menggambarkan belanja boros terhadap barang dan jasa yang diperoleh hanya untuk tujun memamerkan penghasilan atau kekayaan.

Dalam bukunya di tahun 1899, The Theory of Leisure Class, istilah ini digunakan untuk menggambarkan perilaku kelas sosial yang terbatas. Dan meskipun perilaku ini telah ada sejak dulu, adanya kartu kredit di zaman sekarang memungkinkan hal itu merembes hampir ke semua kelas sosial dalam masyarakat hari ini.

Sebagai hasil, tak ada manusia (dalam budaya konsumsi) yang terbebas dari godaan ini.

5) Kemampuan melihat di balik ‘klaim kosong’ dengan lebih baik

Pemenuhan diri tidaklah dijual di pusat perbelanjaan lokal – demikian juga dengan kebahagiaan. Sebelumnya juga tak pernah begitu. Dan ke depannya juga tidak akan pernah. Kita tahu bahwa hal ini benar. Kita tahu bahwa lebih banyak barang tidak akan membuat kita lebih bahagia. Hanya saja kita telah termakan oleh pesan halus dari berjuta-juta periklanan yang mengatakan hal sebaliknya.

Dengan penuh kesadaran mengambil langkah mundur selama periode yang panjang membantu kita memperoleh pandangan lebih luas terhadap ‘klaim kosong’ tersebut.

***

Menjauhi konsumsi berlebihan bukanlah pertarungan mudah. Jika demikian, tentu banyak yang dapat melakukannya. Namun inilah pertarungan yang layak diperjuangkan karena hal itu telah merampas kehidupan kita lebih daripada yang diketahui.

(Foto: becomingminimalist.com)