Apa hubungan antara genetika dan perilaku manusia?
Genetika memainkan peran yang lebih besar dalam hidup lebih dari yang Anda sadari. Sementara perilaku tertentu tampak jelas terhubung dengan kebutuhan untuk bertahan hidup, banyak perilaku yang terkait dengan gen dalam cara yang belum dipahami. Jadi, sejauh mana gen kita mendikte perilaku kita?
Para peneliti di Brown University dan University of Arizona telah menentukan bahwa variasi dari tiga gen yang berbeda di otak (disebut single-nucleotide polymorphisms) dapat membantu memprediksi kecenderungan seseorang untuk membuat pilihan tertentu.
Dengan menguji sampel DNA dari air liur dalam hubungannya dengan tes kognitif komputerisasi, peneliti menemukan bahwa variasi gen tertentu dapat dihubungkan ke pilihan tertentu – berfokus pada keputusan yang sebelumnya menghasilkan hasil yang baik, menghindari hasil negatif, atau mencoba hal-hal asing meskipun suatu hasil tidak pasti .
“Dalam beberapa kasus, gen tunggal dapat memiliki pengaruh kuat yang mengejutkan pada aspek tertentu dari perilaku,” kata Michael J. Frank, asisten profesor ilmu kognitif dan linguistik, psikologi, dan psikiatri dan perilaku manusia.
Studi ini meneliti efek dari tiga gen yang mengontrol aspek fungsi dopamine di otak sementara peserta melakukan tugas pengambilan keputusan terkomputerisasi. Dopamine merupakan neurotransmitter yang membantu menjaga fungsi gejala saraf pusat. Tingkatannya berfluktuasi ketika otak merasa termotivasi atau dihargai.
Variasi dalam dua gen – DARPP-32 dan DRD2 – secara independen memprediksi sejauh mana orang menanggapi hasil yang lebih baik atau lebih buruk dari yang diharapkan, dengan memperkuat pendekatan dan menghindari jenis perilaku. Gen ini mempengaruhi proses dopamine di bagian basal ganglia dari otak.
Frank dan para peneliti lain juga mempelajari eksplorasi pengambilan keputusan – pilihan orang ketika mereka berada dalam “wilayah yang belum dipetakan.” Mereka menemukan bahwa variasi dalam gen ketiga – COMT – memprediksi sejauh mana seseorang mengeksplorasi keputusan saat mereka ragu-ragu apakah keputusannya bisa menmberikan hasil yang lebih baik.
COMT mempengaruhi tingkat dopamine dalam korteks prefrontal, yang dikenal sebagai pusat eksekutif otak.
(photo: neurocritic.blogspot.com)