Putus cinta? Aih, membicarakan yang satu ini selalu identik dengan kesedihan, kepedihan dan hal-hal yang negatif lainnya. Putus cinta memang bisa terjadi pada setiap hubungan, tidak peduli seberapa baik hubungan itu. Tak jarang kita mendengar pasangan putus walau sudah lama bersama.
Seakan tak diundang, putus cinta dapat hadir karena suatu masalah maupun tiba-tiba. Ya, cinta memang terkadang tidak bisa dinalar dengan logika.
Terutama bagi para wanita, putus cinta memang amat menyakitkan. Walau mungkin penyebab putus cinta adalah di wanita itu sendiri, perempuan dikatakan lebih mudah sedih dan sensitif dalam putus cintanya. Tak jarang juga wanita memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyembuhkan luka hatinya.
Meskipun wanita terlihat tegar dan ceria kembali saat bersama temant-temannya, sebagian besar wanita sedih saat ia sendiri karena rasa pedih dan luka hati itu timbul kembali.
Namun, separah apapun putus cinta, wanita tidak akan selalu berada di fase yang sama. Karena pada kenyataannya, ada beberapa fase yang dilalui wanita saat putus cinta.
DAFTAR ISI
Ya, siapa yang tidak syok saat putus cinta? Walau terdapat masalah dalam hubungan, tidak adanya kata putus menandakan hubungan tersebut masih mungkin untuk diperjuangkan.
Sebagian wanita juga memilih untuk bertahan daripada putus dengan mengusahakan beberapa hal agar hubungan kembali membaik.
Oleh sebab itu saat akhirnya putus, wanita menjadi syok dan biasanya hal ini ditandai dengan menangis berhari-hari, sulit tidur, sulit berkonsentrasi hingga tak bisa makan dan lain sebagainya. Hal tersebut tak perlu terlalu dikhawatirkan karena normal seseorang syok jika putus cinta.
Putus cinta membuat wanita bertanya-tanya apakah hal tersebut benar-benar terjadi. Penyangkalan ini disebabkan oleh berubahnya aktivitas sehari-hari dihidupnya tanpa seorang kekasih. Hari-hari yang biasanya diisi dengan kegiatan bersama kekasih tiba-tiba harus berubah, membuat seorang wanita menanyakan apakah hal ini nyata.
Pada fase ini biasanya wanita sering memata-matai mantannya lewat jejaring sosial, tetap mengirimnya pesan singkat maupun menelponnya, untuk ‘menghidupkan’ kembali hubungannya walau tidak seperti dahulu.
Hal ini sebaiknya tidak dilakukan teralu lama karena si wanita tidak memberikan dirinya ruang untuk sembuh dan tegar menerima kenyataan bahwa hubungannya berakhir.
Fase ini cukup beragam di setiap wanita, karena ada wanita yang berusaha sesering mungkin menghabiskan waktu bersama teman-temannya, agar tidak terlalu sedih. Namun ada juga yang memilih untuk sendiri karena memang membutuhkan ruang untuk sembuh dari patah hati.
Menyendiri memang diperlukan untuk berpikir jernih tentang hubungannya yang telah berakhir, sehingga ia dapat menemukan cara sendiri untuk bangkit. Namun menyendiri juga dapat berdampak negatif karena menyendiri dalam waktu yang cukup lama membuat wanita rentan depresi dan melakukan tindakan menyakiti diri sendiri.
Pada fase ini wanita mulai menilai bahwa mantannya-lah yang bersalah dan amarah yang dia punya disalurkan dengan membuang semua benda-benda kenangannya dengan sang mantan, atau dengan menghapusnya di jejaring sosial.
Karena wanita memang sering up and down di kala sedih, saat wanita sudah sedikit merasa membaik, biasanya ada fase dimana ia akan mengingat kembali mantannya dan berharap hubungan masih bisa diperbaiki. Fase ini biasanya ditunjukkan dengan cara menjalin kontak kembali dengan mantan.
Fase ini adalah fase dimana wanita mulau menyadari bahwa memang hubungannya tidak bisa diulang kembali dan menerima bahwa memang putus adalah jalan yang terbaik. Tentu memerlukan waktu yang cukup lama bagi seseorang untuk akhirnya bangkit dari patah hati.