Sindrom Munchausen, Sindrom Pura-Pura Sakit

waktu baca 2 menit
Senin, 11 Mar 2013 05:21 0 56 Mayrani
 

Sindrom MunchausenSindrom Munchausen, Sindrom Pura-Pura Sakit

Sindrom Munchausen adalah gangguan mental yang serius di mana seseorang memiliki kebutuhan yang mendalam untuk perhatian hingga berpura-pura sakit atau sengaja terluka. Orang dengan sindrom Munchausen dapat membuat gejala, mendorong untuk operasi beresiko, atau mencoba memalsukan hasil tes laboratorium untuk memenangkan simpati dan keprihatinan.

Sindrom Munchausen milik sekelompok kondisi yang disebut gangguan buatan, baik yang dibuat atau ditimbulkan sendiri. Gangguan buatan dapat bersifat psikologis atau fisik. Sindrom Munchausen mengacu pada bentuk fisik yang paling parah dan kronis dari gangguan buatan.

Sindrom Munchausen adalah gangguan misterius dan sulit untuk diobati. Namun, bantuan medis sangat penting untuk mencegah cedera serius dan bahkan kematian yang disebabkan oleh kerusakan diri khas Sindrom Munchausen.

Gejala Sindrom Munchausen berkisar antara berpura-pura atau memproduksi sakit atau cedera dalam rangka memenuhi kebutuhan emosional yang dalam. Orang dengan Sindrom Munchausen berusaha keras untuk menghindari penemuan penipuan mereka, sehingga mungkin sulit untuk melihat bahwa gejala mereka sebetulnya merupakan bagian dari gangguan mental yang serius.

Penyebab Sindrom Munchausen tidak diketahui. Namun, orang dengan gangguan ini mungkin telah mengalami penyakit parah ketika mereka masih muda, atau mungkin disiksa secara emosional atau fisik.

Tanda-tanda dan gejala Sindrom Munchausen:

– Dramatisasi cerita tentang masalah medis
– Sering rawat inap
– Gejala samar dan tidak konsisten
– Kondisi memburuk tanpa alasan yang jelas
– Keinginan untuk seringkali menjalani tes atau operasi beresiko
– Pengetahuan terminologi medis dan penyakit luas
– Mencari pengobatan dari dokter atau rumah sakit yang berbeda
– Memiliki beberapa pengunjung saat dirawat di rumah sakit
– Keengganan untuk memungkinkan para profesional kesehatan untuk berbicara dengan keluarga atau teman-teman
– Berdebat dengan staf rumah sakit
– Sering meminta penghilang rasa sakit atau obat lain

(photo: citelighter.com)