Bakteri perut diyakini menyebabkan masalah kesehatan seperti radang perut, borok, dan kanker lambung yang mungkin memainkan peran ganda dengan menyeimbangkan ekosistem perut dan mengendalikan berat badan dan toleransi glukosa, menurut ahli immunologi di Virginia Bioinformatics Institute di Virginia Tech.
Biasanya bakteri jahat dalam studi kanker lambung dan tukak lambung, Helicobacter pylori menginfeksi sekitar setengah dari populasi dunia meskipun sebagian besar orang yang terinfeksi tidak sakit. Jumlah bakteri berkurang bertepatan dengan epidemi obesitas dan diabetes di negara maju.
Dikutip dari medicalnewstoday.com, “H. pylori adalah anggota dominan dari mikrobiota lambung dan menginfeksi sekitar setengah dari populasi dunia. Sementara infeksi H. pylori dapat dikaitkan dengan penyakit parah, ia membantu mengontrol peradangan, alergi, atau autoimun kronis,” kata Josep Bassaganya-Riera, direktur Nutritional Immunology and Molecular Medicine Laboratory and the Center for Modeling Immunity to Enteric Pathogens (MIEP) di Virginia Tech. “Kami menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa kolonisasi lambung dengan H. pylori diberikannya efek yang menguntungkan dalam model tikus obesitas dan diabetes.”
Tikus yang terinfeksi H. pylori menunjukkan resistensi insulin lebih sedikit dari tikus yang tidak terinfeksi atau tikus lain yang terinfeksi dengan strain H. pylori yang lebih virulen, menurut penelitian, yang baru-baru ini diterbitkan dalam PLoS One. Para peneliti percaya bahwa apakah infeksi merugikan atau menguntungkan tergantung pada interaksi antara genetik H. pylori dan respon kekebalan host.
Temuan baru menunjukkan bahwa H. pylori dapat memberikan ciri-ciri metabolik penting yang diperlukan untuk memperbaiki diabetes yang manusia belum kembangkan sendiri, kata Bassaganya-Riera.
Hal ini menunjukkan bahwa terlalu sering menggunakan antibiotik untuk diagnosa yang salah pada manusia hingga pakan tambahan ternak dapat menghancurkan bakteri menguntungkan dan memberikan kontribusi langsung terhadap penyakit seperti obesitas, alergi, penyakit radang usus, dan asma. Mungkin sudah saatnya bagi manusia untuk mempertimbangkan kembali bagaimana kita dapat lebih berdampingan dengan H. pylori dan mikroba lainnya sebagai sarana mempromosikan kesehatan.
“Penemuan baru ini menggarisbawahi hubungan yang kompleks antara H. pylori dan manusia, dengan efek tidak terbatas pada perut, tetapi lebih luas lagi mempengaruhi peradangan sistemik dan metabolisme,” kata Martin Blaser, Frederick H. King Professor of Internal Medicine and chairman of the Department of Medicine, dan profesor mikrobiologi di New York University School of Medicine.
(photo: fineartamerica.com – Karsten schneider)