HUMBEDE.COM – Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang dapat digunakan untuk meredakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan serta demam.
Kedua nama tersebut berasal dari dua versi yaitu parasetamol menurut versi Inggris dan asetaminofen menurut versi Amerika.
Asetaminofen berasal dari singkatan nama kimia yaitu N-asetil-para-aminofenol, sedangkan parasetamol berasal dari singkatan nama kimia para-asetil-amino-fenol.
Parasetamol menjadi pilihan obat analgesik yang aman apabila dikonsumsi dalam dosis yang telah ditentukan, tetapi karena obat ini dijual bebas dan mudah didapat, maka ada kemungkinan terjadinya kesalahan dalam peggunaan yang dapat menyebabkan keracunan cukup besar.
DAFTAR ISI
Parasetamol ditemukan di Jerman pada akhir abad ke-19, tetapi tidak banyak digunakan sampai pertengahan abad 20. Sedangkan kasus keracunan parasematol diketahui pada tahun 1960-an.
Hal yang harus diperhatikan, bahwa parasetamol mempunyai salah satu fungsi sebagai pereda rasa sakit, artinya obat ini hanya menghilangkan gejala yang timbul tanpa mengobati penyebab penyakit sehingga rasa sakit akan dapat muncul kembali.
Ini membuat penderita mengonsumsi parasetamol terus menerus untuk meredakan rasa sakit yang dideritanya, sehingga kemungkinan akan menyebabkan overdosis.
Sebaiknya, penderita segera berkonsultasi ke dokter untuk mencari penyebab penyakitnya agar dapat diobati dengan tepat.
Tim peneliti medis dari Northwestern University Chicago menyebutkan, konsumsi parasetamol yang berlebih dapat memicu kerusakan pada liver. Belum lagi menimbulkan efek negatif pada bagian tubuh lain.
Konsumsi parasetamol dalam jumlah 10-15g, sekitar 20-30 tablet, dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati dan ginjal. Kerusakan fungsi hati juga dapat terjadi pada peminum alkohol kronik yang mengonsumsi parasetamol dengan dosis 2g/hari atau bahkan kurang dari itu.
Keracunan parasetamol dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu:
1. Fase 1
Gejala meliputi kehilangan nafsu makan, mual, muntah, perasaan tak menentu pada tubuh yang tak aman dan banyak mengeluarkan keringat.
2. Fase 2
Terjadi pembesaran liver, peningkatan bilirubin dan konsentrasi enzim hepatik, waktu yang dibutuhkan untuk pembekuan darah menjadi bertambah lama dan kadang-kadang terjadi penurunan volume urin.
3. Fase 3
Berulangnya kejadian pada fase 1 serta terlihat gejala awal gagal hati, kelainan pembekuan darah, dan penyakit degneratif pada otak.
Pada fase ini juga mungkin terjadi gagal ginjal dan berkembangnya penyakit yang terjadi pada jantung.
4. Fase 4
Berkembang menuju gagal hati yang fatal.
Banyak kasus ditemukan adanya keracunan overdosis parasetamol di berbagai negara, salah satunya yaitu di Inggris dan Wales, di mana ditemukan 144 kasus kematian akibat keracunan parasetamol pada tahun 1977.
Pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun, konsumsi zat beracun hampir selalu tidak disengaja.
Pada sebuah penilitian retrospektif di Amerika selama 10 tahun antara 1988-1997 terhadap anak (usia <18 tahun) yang mengalami overdosis parasetamol, 53% karena tidak sengaja. Kasus overdosis disengaja terlihat pada usia remaja yang sebagian besar dari mereka adalah perempuan.
Studi kasus di Inggris, hanya 8% dari pasien dengan gagal hati akut menyatakan mereka sengaja mengonsumsi parasetamol sampai overdosis.
Berdasarkan kasus-kasus yang telah ditemukan, beberapa negara telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kasus tersebut. Salah satunya adalah di negara Perancis, parasetamol hanya bisa dibeli dari apotek dengan isi dari setiap paket secara hukum terbatas pada 8g.
Keracunan parasetamol dapat dihindari apabila konsumsi sesuai dengan dosis dan aturan yang telah ditentukan. Parasetamol boleh dikonsumsi tidak lebih dari 5 hari untuk anak-anak, dan 10 hari untuk dewasa dengan dosis seperti berikut:
Umur 3 bulan-1 tahun : 60-120mg
Umur 1-5 tahun : 120-250mg
Umur 6-12 tahun : 250-500mg
Dewasa : 500mg-1g
Dosis tersebut dapat diulang tiap 4-6 jam bila diperlukan (maksimal 4 dosis dalam 24 jam).