HUMBEDE.COM – Selfie, trend mengambil gambar diri sendiri, sekarang ini memang sedang hot. Namun benarkah selfie bisa menyebabkan narsisme, kecanduan, penyakit mental dan bahkan bunuh diri?
Itulah yang tampaknya disarankan oleh pendapat ahli mengenai fenomena tersebut, dan seorang pria yang didiagnosis dengan body dysmorphic disorder mengatakan bahwa ia ingin bunuh diri karena kecanduan mengambil selfie.
DAFTAR ISI
Danny Bowman mengatakan ia menjadi begitu terobsesi dengan mencoba mengambil foto selfie yang ‘benar,’ hingga akhirnya mengambil sekitar 200 gambar per hari ketika mencoba mati-matian untuk mendapatkan gambar sempurna dari dirinya sendiri.
Ketika Bowman gagal mendapatkan apa yang dianggapnya selfie yang sempurna, ia mencoba bunuh diri dengan mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan. Sebelum usaha bunuh dirinya, katanya, ia akan menghabiskan sekitar sepuluh jam setiap hari mengambil gambar selfie
. Dr. David Veal, seorang dokter yang terlibat dalam pengobatan Bowman, mengatakan selfie dapat menyebabkan penyakit mental, termasuk body dysmorphic disorder, dengan “tingkat bunuh diri yang sangat tinggi.”
Orang tua Bowman adalah para profesional dalam bidang kesehatan mental, dan mereka mengatakan bahwa masyarakat memiliki “kekurangan besar dalam pemahaman” tentang bagaimana gadget elektronik dan media sosial bisa sama berbahayanya bagi remaja dan orang dewasa.
Para ahli mengatakan bahwa sementara gadget dan media sosial menyebabkan kecanduan dan bahaya lainnya, orang-orang berada dalam penyangkalan ekstrim terhadap tingkat ancaman jenis komunikasi, khususnya untuk remaja.
Orang tua Bowman menceritakan bagaimana Bowman akan menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di dalam kamar mengambil gambar selfie sampai kecanduannya memuncak, tidak hanya menyebabkan penurunan berat badan yang drastis , tetapi juga usaha bunuh diri yang mengerikan.
Sementara kasus Bowman mungkin terdengar unik dan ekstrim, para ahli dalam psikologi serta dokter mengatakan masalah ini jauh lebih luas daripada yang umumnya dipahami.
Dalam sebuah artikel di Psychology Today, Dr. Pamela Rutledge mengatakan bahwa mengambil gambar selfie dapat merusak kesehatan mental seseorang dan mereka yang terlibat di dalamnya merupakan indikasi dari narsisme, harga diri rendah, perilaku mencari perhatian dan memanjakan diri.
Beberapa ahli dan dokter merasa bahwa masyarakat secara kolektif terlibat dalam penyangkalan yang mendalam tentang betapa berbahayanya berinteraksi dengan layar tanpa menetapkan batas pada seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk melakukannya.
Dr. Rutledge menunjukkan bahwa sementara selfie meningkatkan resiko narsisme, mengambil selfie mungkin memang normal dan alami, tetapi karena masyarakat belum secara kolektif mampu mengkontekstualisasikan kapan atau di mana seharusnya mengambil gambar selfie, mereka telah dicap sebagai orang yang narsis dan karenanya dapat menyebabkan perasaan narsisme terus melekat.
Namun, telah dibuktikan oleh beberapa studi mengenai interaksi dengan jenis media sosial definitif lain terkait dengan narsisme, depresi, harga diri rendah, kecanduan dan sejumlah efek negatif lainnya.
Sebagai contoh, penggunaan Facebook telah dikaitkan dengan depresi, sementara penggunaan Twitter telah dikaitkan dengan harga diri rendah dan narsisisme. Jika selfie, khususnya, terbukti menyebabkan isu-isu kesehatan mental yang negatif di masa depan, kemungkinan besar tidak akan mengejutkan bagi para ahli di bidang psikologi dan kedokteran.
Apakah mungkin mengambil selfie menyebabkan penyakit mental, kecanduan, narsisme dan bunuh diri? Banyak psikolog mengatakan ya, dan memperingatkan orang tua untuk memperhatikan apa yang anak-anak lakukan secara online untuk menghindari kasus-kasus masa depan seperti apa yang terjadi pada Bowman.