Mengapa orang suka menunda menyelesaikan apa yang dimulainya? Tak pernah menyelesaikan apa yang Anda mulai lebih dari sekedar sebuah kebiasaan buruk- ia bercabang dari perasaan takut dan enggan.
Berikut ini cara mengatasi penundaan yang melumpuhkan, sebagaimana diulas oleh Jane Porter dari Fast Company, Senin (03/02/14).
DAFTAR ISI
Hukum kelembaman menyatakan bahwa tubuh yang bergerak akan terus bergerak. Hal yang sama berlaku untuk proyek, ide kreatif, tugas harian, email yang setengah tertulis, sampai hal yang berhenti Anda kerjakan untuk membaca artikel ini. Saat Anda menginterupsi sebuah pekerjaan, bisa sulit untuk melanjutkannya lagi.
Ditambah lagi kita diinterupsi nyaris setiap tiga menit, menurut Gloria Mark, profesor informatika di Universitas Kalifornia, Irvine. Setengah dari interupsi tersebut berasal dari diri sendiri.
Sebagai hasil: saat Anda mengerjakan sesuatu tanpa batas waktu yang jelas, melihatnya selesai bisa jadi tantangan besar.
Pikirkan buku yang sangat ingin Anda baca, namun tak pernah terselesaikan; proyek yang Anda mulai setengah-setengah mereda menuju stagnasi; ide yang tak pernah berubah menjadi gambaran yang aktual.
Mengapa hal ini terjadi? Sekitar seperempat orang dewasa di seluruh dunia merupakan penunda kronis, demikian menurut riset yang dilakukan oleh Joseph Ferrari, profesor psikologi DePaul University dan penulis buku Still Procrastinating: The No Regrets Guide to Getting It Done.
Tak semuanya mesti diselesaikan, tapi kebanyakan kita memiliki setumpuk penuh proyek, buku, email, dan daftar pekerjaan yang telah berubah menjadi sarang penundaan.
Namun, bila secara spesifik menyangkut menyelesaikan apa yang kita mulai, mengapa kita sering membentur tembok? “Bagi penunda kronis, ini bukanlah masalah manajemen waktu. Anda tak dapat mengatur waktu. Anda mengatur diri sendiri,” ujar Ferrari.
Untuk mengatur diri sendiri dengan lebih baik, Anda perlu mengetahui apa penyebab Anda tak menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai. Ferrari mengalamatkan perlawanan ini pada tiga penyebab khusus.
1. Takut gagal mengesankan orang
Salah satu alasan mengapa orang tidak menyelesaikan tugasnya adalah ketakutan menjalani evaluasi. “Orang-orang tak mau kemampuan mereka dinilai, mereka lebih suka bila upayanya lah yang dinilai,” ungkap Ferrari.
Memperpanjang penyelesaian suatu pekerjaan atau proyek bisa jadi merupakan salah satu cara menghindari ketakutan dievaluasi dengan keras.
2. Takut membuat patokan yang terlalu tinggi
Terkadang bukanlah kegagalan, melainkan kesuksesan yang membuat orang diam membisu dan menghindari penyelesaian tugas atau proyek. Hal ini dapat ditarik kembali soal akuntabilitas, ujar Ferrari.
Melakukan pekerjaan dengan terlalu baik di saat pertama dan Anda mungkin telah mematok diri sendiri dengan standar yang tak mungkin di masa depan. Bagaimana kalau Anda tak bisa memenuhi kesuksesan semacam itu?
3. Tak ingin mengakhiri kesenangan
Jika Anda menjalani waktu yang menyenangkan dalam pengerjaan suatu tugas atau proyek, peluang penyelesaiannya dapat berubah mengecewakan. Hal ini dapat menggiring orang untuk berulang-ulang melakukan apa yang tengah mereka kerjakan, hanya sebagai cara menghindari waktu melepaskannya.
1. Berhentilah merenungkan sisi negatif – Ferrari pernah bekerja bersama mahasiswa yang mengklaim bahwa insan kreatif tidaklah menunda pekerjaan melainkan sebagai cara mengambil waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan kreatif. “Seperti ragi, kami butuh waktu untuk berkembang,” kata mahasiswanya.
Cukup adil, namun saat memulai pekerjaan kreatif, apa yang Anda pikirkan saat mengambil waktu untuk fokus? Apakah Anda merenungkan kegagalan atau mengingat saat yang menyenangkan? “Yang kami temukan seringkali bahwa mereka merenungkan soal kegagalan,” ujar Ferrari atas pengujiannya terhadap pola penundaan pada insan kreatif. Pikiran negatif itulah yang paling mencederai progres.
2. Perfeksionis bukan alasan – Setiap penunda yang makin ahli telah menemukan cara membenarkan penundaannya dalam melakukan penyelesaian. Salah satu yang paling umum adalah kartu perfeksionis.
Entah Anda menilai diri sebagai perfeksionis atau tidak, riset menunjukkan bahwa tak ada perbedaan nyata dalam cara orang mempersepsikan penundaan yang Anda lakukan. “Anda tak akan mendapat simpati,” ujar Ferrari. Dengan kata lain, menyebut diri Anda perfeksionis tak akan membebaskan Anda dari fakta bahwa Anda tak menyelesaikan pekerjaan.
3. Bekerja di bawah tekanan tak benar-benar menghasilkan hasil yang lebih baik – Bukannya penunda itu malas. Kecenderungannya, mereka menyibukkan diri dengan melakukan hal lain daripada apa yang semestinya dikerjakan. Mengaku bekerja lebih baik di bawah tekanan –istilah lainnya yag jadi favorit para penunda – tidaklah benar, ujar Ferrari.
Saat berada di bawah kekangan waktu untuk menyelesaikan tugas, ia menemukan bahwa subjek yang mengklaim bekerja lebih baik di bawah tekanan sebenarnya menghasilkan hasil yang lebih buruk.
4. Berhenti terjebak dalam gambaran besar – Penunda yang menghindari menyelesaikan apa yang mereka mulai tak melewatkan hutan untuk melihat pohonnya, seperti yang dikatakan eufimisme, mereka melewatkan pohon untuk melihat hutannya. (Artinya mengabaikan hal kecil dikarenakan gambaran besarnya).
“Orang yang memiliki masalah menyelesaikan suatu proyek tak memiliki masalah dalam melihat gambaran besarnya,” ujar Ferrari. “Adalah memecahnya menjadi pekerjaan yang dapat dikelola yang dapat berubah melumpuhkan.”
Apa sarannya?
“Lakukan saja-lah apapun sekarang. Mulai sesuatu dan terus lakukan.”