6 Elemen Sains dalam Desain Kantor

waktu baca 3 menit
Kamis, 30 Jan 2014 20:51 0 50 Riyadh
 

Pencerahan dalam dunia neurosains, sains sosial, dan sains perilaku, semuanya memiliki pengaruh mendalam terhadap desain tempat kerja.

Sebagaimana para peneliti menunjukkan dampak kognitif elemen arsitektur individual, kita dapat mengubah lingkungan agar sesuai dengan hal itu.

“Tak pernah ada waktu yang lebih baik dari sekarang untuk (dunia) desain,” ujar Scott Wyatt, seorang managing partner di NBBJ, sebuah firma arsitektural global yang telah mendesain kantor pusat beberapa perusahaan teknologi meliputi Amazon, Google, dan Samsung, sebagaimana diulas dalam Entrepreneur. “Kami punya alatnya, kami punya risetnya.”

DAFTAR ISI

 Elemen Sains dalam Desain Kantor

Tinggi langit-langit

“Terdapat banyak penelitian bermunculan yang menyatakan bahwa langit-langit yang lebih tinggi mendukung performa lebih baik dalam pemikiran konseptual, sementara langit-langit yang lebih rendah lebih baik bagi pemikiran matematis,” ujar Wyatt.

Secara intuitif, masuk akal bila langit-langit yang lebih tinggi akan mendorong pekerjaan ekspansif seperti membuat koneksi yang melingkup, sementara langit-langit lebih rendah cocok untuk pekerjaan yang terfokus dan padat.

Jarak

“Seberapa jauh Anda akan berjalan dari meja Anda menuju meja orang lain mentransformasi secara radikal kecenderungan Anda berinteraksi dengan orang itu.” Lagi-lagi, hal ini merupakan pengamatan intuitif, namun implikasinya penting.

“Terdapat ambang batas yang spesifik, jika Anda duduk 80 kaki lebih dari seseorang, Anda cenderung tidak berbicara kepadanya dalam basis harian dibandingkan yang duduk di dekat Anda,” ungkap Andrew Heumann, desainer NBJJ. Tak hanya pembicaraan ringan, tetapi juga kecenderungan berkolaborasi dalam proyek ikut menurun.

Visibilitas

Tindakan sederhana seperti melirik seseorang sekali saja meningkatkan kecenderungan berinteraksi dengan mereka, ujar Heumann, yang telah menjalankan beragam studi komputasional yang menyimulasi jumlah koneksi visual yang dibuat seorang karyawan dengan rekan kerjanya sepanjang hari.

Karena bahkan pandangan sekilas dapat berperan sebagai pengingat untuk mengontaknya nanti, “kita mesti mengingat bagaimana desain kami berdampak pada metrik visibilitas,” ujar Heumann.

Ia merekomendasikan penempatan jaringan sirkulasi, seperti anak tangga dan koridor utama, di tengah bangunan jika memungkinkan.

Alam 

Studi baru-baru ini yang membandingkan orang yang bekerja di samping dinding kosong, dengan orang yang bekerja di samping jendela dengan pemandangan luar, juga orang yang duduk di samping simulasi video.

Heumann, yang mengunggulkan kekuatan teknologi, terhenyak dengan hasilnya: “Sementara jendela meningkatkan pemulihan stres dan performa kognitif, layar tak lebih baik dibandingkan dinding kosong. Dengan kata lain, pemandangan alam di luar jendela tetap yang terbaik.

Kebisingan

Suara kebisingan di sekitar tempat kerja dapat mempengaruhi produktivitas. Ilmuwan kini memiliki dasar akan seberapa tingkat kebisingan juga keheningan dapat mempengaruhi bahkan mengganggu produktivitas.

Titik terbaik adalah sekitar 70 desimal – tingkat kebisingan yang cukup untuk mendukung energi kreatif, namun tak terlalu hening hingga membuat Anda merasa terjebak.

Cahaya

Secara insting, kita mengetahui bahwa cahaya amat penting. Mana yang Anda pilih, bekerja di bawah cahaya alami ataukah sinar fluoresens? Namun sekali lagi, studi sains terbaru membagi respon kita menjadi reaksi spesifik. Cahaya hangat (cahaya yang bersuhu relatif rendah dalam skala Kelvin) menunjukkan penurunan tingkat stres dan meningkatkan performa kognitif.

Di saat riset yang ada dapat menginspirasi perubahan desain yang banyak, ia juga dapat digunakan untuk membuat perubahan yang murah dan efisien. Semua dalam riset ini adalah soal “membawa elemen yang nyata menjadi perhatian karena ini soal menantang asumsi kita.”

(Foto: Inc.com)