Ayo, Ajak Suami Menjadi Ayah ASI!

Sudah menjadi kodratnya seorang ibu seharusnya memberikan ASI kepada anak-anaknya minimal 6 bulan ASI eksklusif hingga usia 2 tahun jika itu memungkinkan.

Namun seiring berjalannya waktu, begitu banyak ibu-ibu yang mulai meninggalkan kebiasaan dan kodrat ini dengan mengajukan berbagai alasan yang sebenarnya bisa dihiraukan saja, mulai dari alasan bekerja, ASI tidak cukup dan berbagai alasan lainnya.

Padahal jika kita menilik saat ini, ibu bekerja pun bisa memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka dengan cara menyediakan stok ASIP (Air Susu Ibu Perah), sehingga anak tidak akan kehilangan momen intim dengan ibu mereka.

Begitu juga dengan alasan ASI tidak cukup. Sebenarnya Tuhan menciptakan setiap wanita dengan jumlah ASI yang cukup untuk anak-anak mereka. Meskipun demikian, kecukupan ASI ini tergantung bagaimana mereka menstimulasi produksi ASI tersebut dengan tepat, mulai dari memakan makanan bernutrisi cukup, minum vitamin, meminum susu laktasi, mengonsumsi sayuran seperti daun katuk dan lainnya serta yang paling penting adalah dukungan dari keluarga terdekat terutama suami.

Menjadi Ayah ASI

Peran suami sebagai ayah ASI sangat dibutuhkan. Mengapa? Karena ayah ASI sangat menentukan kondisi psikis seorang istri atau ibu.

Jika kondisi psikis si Ibu tenang, merasa mendapat dukungan dan support yang penuh dari orang-orang tersayang, mereka akan menstimulasi dan mensugesti otak mereka untuk memerintahkan otot dan saraf di payudara untuk memproduksi ASI dengan banyak dan lancar. Peran ayah sangat erat kaitannya dengan psikologis si ibu.

Beberapa dukungan sebagai ayah ASI yang bisa dilakukan:

DAFTAR ISI

1. Selalu ciptakan suasana positif

Ini akan membantu sukses tidaknya proses menyusui, mulai dari produksi ASI hingga transfer ASI dari ibu ke anak. Jika atmosfir dan suasana yang dibangun menjadi nyaman, si ibu akan merasa rileks, tidak stres, si anak juga merasa tenang menyusu, dan ini akan berdampak baik pada kondisi psikis ibu dan anak

Bila sedang berada di tempat umum dan sudah masuk jadwal menyusui si anak, maka si ayah berinisiatif sesegera mungkin mencari ruang khusus agar istri dan anaknya nyaman untuk menyusui.

2. Selalu beri dukungan dan semangat

Jika di awal proses menyusui terjadi banyak kendala, seperti ASI tidak keluar, ASI masih kurang, ASI tidak lancar, ini akan sangat melelahkan secara emosional dan fisik, sehingga istri butuh dukungan moril agar selalu termotivasi dan semangat.

Jangan mematahkan semangatnya dengan menyarankan memberikan susu formula, karena ini akan merusak kepercayaan dirinya untuk menyusui. Selalu semangati meskipun itu perkara sekecil apapun agar istri tetap bersemangat dan tidak berhenti menyusui.

3. Menemani ketika proses menyusui

Jika ada waktu, temanilah istri saat proses menyusui anak. Istri butuh teman karena menyusui bukan sebentar, butuh setidaknya 10 menit untuk masing-masing payudara. Bila suami bisa menemani, istri akan merasa terhibur dan jika pikiran istri positif, maka hormon oksitosin dalam tubuh ibu akan bekerja mempengaruhi pikiran sehingga akan terasa rileks dan santai dan akan memicu produksi ASI lebih maksimal.

Dan tahukah anda para suami? Jika istri rileks, rasa sayangnya akan semakin bertambah untuk buah hati, dengan menimang dan mencium buah hatinya ternyata proses pengeluaran ASI yang sedang diisap si bayi menjadi semakin lancar.

**

Jadi jangan pernah menganggap menyusui itu hanya hubungan antara ibu dan bayi, namun ini adalah hubungan yang kompleks antara ayah, ibu dan bayi. Dampingi selalu istri Anda melewati masa ini.

Anda sebagai suami dan ayah harus berkomitmen untuk mendukung proses laktasi ini, karena tanpa dukungan anda, produksi ASI menjadi terhambat, psikologis istri menjadi tidak tenang dan efeknya anak anda yang akan merasakan akibatnya. Hindari konsumsi sufor pada anak usia dini!