Mengenal Gejala dan Cara Mengobati Narkolepsi

narkolepsiApa itu narkolepsi? Mungkin untuk Anda ini terdengar asing.

Narkolepsi adalah sejenis gangguan neurologis kronis yang mempengaruhi bagian otak yang berfungsi untuk mengatur pola tidur.

Mereka yang menderita narkolepsi dapat mengalami kantuk di siang hari yang berlebihan dan tiba-tiba kehilangan kontrol dimana hal ini didasari karena tingginya tingkat emosi yang kuat.

Akibatnya, seseorang bisa jatuh tertidur saat bekerja, memasak, atau bahkan mengemudi.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai narkolepsi yang dimulai dari gejala narkolepsi, penyebab dan cara penyembuhannya.

DAFTAR ISI

Gejala Narkolepsi

Kebanyakan penderita narkolepsi akan mengalami gejala awal saat berusia usia 10 dan 25 tahun. Gejala dari narkolepsi dapat terjadi dengan berbagai macam cara, tetapi untuk gejala awal biasanya ditandai dengan kantuk di siang hari yang berlebihan (dengan atau tanpa sadar tiba-tiba ter tidur).

Gejala lain dari narkolepsi seperti halusinasi, kelumpuhan tidur, dan cataplexy (tiba-tiba kehilangan kontrol otot). Selain ngantuk yang berlebihan saat siang hari.

Ggejala umum yang biasanya menjadi tanda Anda menderita narkolepsi yaitu sebagai berikut :

  • Cataplexy (kehilangan kontrol otot)

Seringkali narkolepsi dapat menyebabkan Anda tiba-tiba kehilangan kontrol otot saat sedang tertidur misalnya saat tidur Anda tertawa atau menangis.

  • Halusinasi

Beberapa dari penderita narkolepsi biasanya mengalami gangguan halusinasi yang cukup menakutkan seperti saat jatuh tertidur atau dalam keadaan sadar atau bangun.

  • Kelumpuhan tidur

Untuk kelumpuhan tidur, mungkin hanya sebagian penderita narkolepsi yang merasakannya. Kelumpuhan saat tidur dapat diartikan dimana Anda mungkin tidak dapat bergerak atau berbicara pada awal hingga bangun.

  • Microsleep

Untuk gejala yang satu ini sedikit mirip dengan klepto tetapi bedanya Anda melakukannya dalam keadaan tertidur seperti bebicara, mengambil barang dan menyingkirkan barang-barang dan saat terbangun Anda lupa apa yang sedang terjadi dan tanpa mengingat apapun.

  • Insomnia

Jika Anda menderita narkolepsi, Anda mungkin akan terjaga sepanjang malam dan memiliki tingkat denyut jantung yang tinggi sehingga menimbulkan rasa gelisah dan waspada. Hal inilah yang akan membuat Anda tidak dapat tertidur dan tetap terjaga.

Penyebab Narkolepsi

Sementara para peneliti terus mencari penyebab narkolepsi, beberapa pendapat umum menyatakan penyebab awal narkolepsi adalah berdasarkan turunan dan beberapa di antaranya terjadi karena lingkungan dari beberapa macam-virus, misalnya virus yang dapat mempengaruhi sel otak Anda sehingga menyebabkan narkolepsi.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa orang yang mengidap narkolepsi memiliki jumlah hypocretin yang rendah dalam otak mereka yang biasa disebut dengan orexin yaitu zat kimia dalam otak yang mengaktifkan gairah dan mengatur tidur.

Narcoleptics umumnya tidak memiliki banyak sel Hcrt (neuron yang mengeluarkan hypocretin), menghambat atau kemampuan untuk mengontrol kewaspadaan sehingga membuat Anda tertidur.

Beberapa ilmuwan sedang bekerja pada melakukan pengobatan untuk melengkapi tingkat hypocretin sehingga mengurangi gejala narkolepsi.

Pengujian Narkolepsi

Narkolepsi tidak dapat didiagnosis. Biasanya para dokter hanya melakukan konsultasi kepada pasien mengenai gejala apa yang dialami, maka dari gejala tersebutlah dapat diketahui apakah pasien menderita narkolepsi atau tidak.

Selain itu, gejala narkolepsi sering dikaitkan dengan gangguan tidur lainnya atau kondisi medis (seperti depresi atau epilepsi), karena itu diperlukan tinjauan lebih dalam mengenai gejala yang diutarakan pasien.

Pemeriksaan Narkolepsi

Untuk pemeriksaan, biasanya para dokter melakukan diagnosis dengan metode sebagai berikut :

  1. Polysomnogram nocturnal adalah tes dengan cara mengukur aktivitas listrik otak dan jantung, dan pergerakan otot dan mata saat tertidur.
  2. Latensi tidur (MSLT) adalah tes yang mengukur seberapa lama waktu yang dibutuhkan bagi Anda untuk jatuh tertidur di siang hari.
  3. Pengambilan cairan tulang belakang, metode satu ini termasuk cara baru yang dilakukan untuk mendetesi narkolepsi.

Pengobatan Narkolepsi

Ada beberapa jenis obat yang dapat membantu dalam mengobati gejala-gejala utama narkolepsi. Obat yang biasa diresepkan untuk narkolepsi adalah stimulan, antidepresan, dan natrium oxybate.

Semua jenis obat ini memiliki efek samping jadi pastikan untuk melakukan pemeriksaan kedokter Anda terlebih dahulu dan berkonsultasi. Beberapa pasien juga memerlukan pengobatan dengan cara konseling atau terapi.

Obat yang umum digunakan untuk mengobati gejala narkolepsi meliputi:

  • Stimulan

Stimulan merupakan salah satu obat untuk narkolepsi. Stimulan termasuk modafinil (Provigil) yaitu digunakan pada siang hari untuk tetap membuat Anda tetap terjaga dan mengurangi tingkat kewaspadaan.

Efek samping dari modafinil sakit kepala, mual, mulut kering, dan diare. Efek samping kejiwaan, seperti kecemasan, mania, halusinasi, dan berpikir bunuh diri juga telah dilaporkan, dapat menjadi salah satu efek dari obat ini sehingga ada baiknya untuk berkonsultasinya.

  • Sodium oxybate (Xyrem)

 Obat ini termasuk dalam jenis obat keras dan hanya disarankan pada pasien yang memiliki cataplexy parah. Sodium oxybate juga dikenal sebagai GHB tetapi dianggap aman untuk mengobati narkolepsi bila digunakan dengan cara yang benar seperti untuk mengurangi kantuk di siang hari dan mengurangi cataplexy.

Namun, efek samping dari obat ini termasuk cukup serius seperti mual, mengompol, dan yang lebih buruknya sleepwalking. Dosis terlalu tinggi bahkan dapat menyebabkan kesulitan bernapas, koma, dan kematian.

  • Antidepresan

Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) digunakan untuk mengobati depresi, ngantuk dan mengurangi gejala cataplexy, halusinasi, dan kelumpuhan tidur. Antidepresan termasuk fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), dan antidepresan baru seperti venlafaxine (Effexor).

Sementara efek samping yang paling umum dari antidepresan termasuk penurunan gairah seksual, masalah pencernaan, gelisah, sakit kepala, dan insomnia.

(foto: svt.se)