HUMBEDE.COM – Penyakit batuk 100 hari atau biasa disebut batuk rejan merupakan salah satu penyakit infeksi pernapasan menular. Penyakit ini lebih sering menyerang anak-anak di bawah 2 tahun, balita, dan dapat pula terjadi pada orang dewasa. Namun, batuk rejan yang dialami orang dewasa tidak begitu membahayakan dibanding yang dialami anak-anak.
Berdasarkan data World of Health Organization (WHO), penyakit batuk rejan ini terjadi sekitar 30-50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian hingga 300 ribu kasus. Sebanyak 90 persen, kasus penyakit ini terjadi di negara berkembang, biasanya diakibatkan oleh bacterium Bordetella. Bakteri ini akan menyerang orang atau anak yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
Gejala awal biasanya dimulai dengan gejala ISPA ringan, seperti batuk, bersin, dan cairan hidung keluar terus menerus (stadium catarrhal), kemudian setelah 1-2 minggu dilanjutkan dengan batuk yang terus menerus, lalu diikuti masa jeda batuk (stadium paroxysmal).
DAFTAR ISI
Salah satu tanda jelas gejala batuk rejan adalah hilangnya nafsu makan diikuti sakit fisik lainnya yakni, dada yang terasa dingin, batuk di malam hari, bersin, lesu, dan infeksi mata. Jika anda sudah melihat gejala awal seperti ini, terutama yang terjadi pada anak-anak, segera bawa ke dokter.
Sebagian penderita mengalami pemulihan total, meski berlangsung lamban. Sebagai informasi, sekitar 1-2 persen anak yang berusia di bawah 1 tahun meninggal. Kematian terjadi akibat kurangnya oksigen ke otak (ensefalopati anoksia) dan bronkopneumonia.
Setelah 7-14 hari, batuk akan semakin hebat dan berulang dengan cepat disertai dahak kental. Batuk ini dapat dipicu oleh menguap, tertawa, atau berteriak, dan akan berkurang sesudah 1-2 bulan.
Komplikasi yang dapat mengikuti keadaan ini adalah pneumonia, encephalitis, hipertensi pada paru, dan infeksi bakterial. Waktu terekspos sampai nampai tanda penyakit adalah 3-12 hari.
Ciri lainnya adalah setiap batuk diakhiri dengan suara melengking, dan terkadang disertai muntah. Hal ini disebabkan rasa mual yang diderita, dan pada anak kecil di mana reflek fisiologis yang belum terbentuk secara sempurna. Bahayanya, hal ini tidak jarang akan membawa ke arah malnutrisi.
Selama mengalami serangan batuk rejan ini, muka si penderita akan terlihat merah kebiruan. Pada bayi, serangan batuk dapat menyebabkan bayi tidak bernapas secara periodik, kekurangan oksigen, dan gangguan metabolisme.
Namun, imunisasi pada bayi usia 2, 4, 6 dan 18 bulan serta anak usia 4-6 tahun diharapkan bisa meminimalkan risiko terkenanya batuk 100 hari ini. Dengan demikian, gejala penyakit yang dialami juga tidak akan seberat jika tanpa diberikan imunisasi.
**
Jika penyakit batuk ini sudah masuk tahap berat, penderita yang dirawat di rumah sakit biasanya ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Hal ini karena keributan bisa merangsang serangan batuk. Tindakan yang dilakukan adalah pengisapan lendir dari tenggorokan.
Namun, pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan ke trakea. Hal demi menggantikan cairan yang hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan melalui infus.
Perlu diingat, bahwa gizi yang baik amat penting, dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil, namun sering.
Sebagai informasi, munculnya istilah batuk 100 hari karena belum ditemukannya antibiotik saat itu, sehingga diperlukan waktu 3 bulan (100 hari) untuk menyembuhkannya.
Tapi, setelah adanya antibiotik, penyembuhannya bisa lebih cepat. Untuk membasmi bakteri, bisa diberikan antibiotik eritromycin, tentu saja pemberian antibiotik ini atas rekomendasi dokter.