Berenang mungkin bisa menyegarkan sejenak, namun secara permanen dapat memberikan implikasi kesehatan yang berbahaya.
Klorin – digunakan sebagai desinfektan dan antiseptik dalam pemurnian air – membunuh bakteri yang berpotensi berbahaya. Bakteri dihilangkan dengan reaksi kimia antara asam hipoklorit dari klorin dan dinding sel bakteri, menurut Curiousity.
Kemampuan bahan kimia untuk membunuh bakteri dapat memiliki manfaat jangka pendek, tetapi juga memberikan bahaya jangka panjang pada kesehatan.
Dilansir dari Medical Health, Centers For Disease Prevention And Control (CDC) mengatakan tingkat keracunan yang disebabkan oleh klorin tergantung pada banyaknya orang dan lamanya waktu paparan bahan kimia.
Jaringan lembab sekitar seperti mata, tenggorokan, dan paru-paru rentan melakukan kontak dengan gas klor – bentuk klorin yang sangat beracun.
Berenang di kolam yang diklorinasi bisa menjadi bentuk olahraga yang baik dalam waktu moderat – berenang 30 menit bisa membakar 215-765 kalori, tergantung pada berat badan dan kecepatan renang seseorang, Everyday Health melaporkan.
Mengingat resiko kesehatan, membatasi waktu renang dapat membantu menjaga Anda aman dari masalah kesehatan terkait klorinasi yang potensi bahayanya melampaui ruam kulit dan mata merah.
Sebelum Anda memutuskan untuk menyelamkan kepala ke kolam renang terklorinasi, pertimbangkan kemungkinan resiko kesehatan yang berhubungan dengan peningkatan paparan kadar klorin tinggi.
DAFTAR ISI
Kemungkinan anak-anak mengembangkan asma meningkat dengan paparan klorin, mungkin dimediasi oleh nitrogen triklorida (NCI) (3) – suatu produk sampingan dari reaksi kimia antara amonia dan klorin yang dapat merusak jaringan tipis pernapasan pada anak-anak dan meningkatkan resiko penyakit paru-paru.
Klorin berkontribusi secara tidak langsung terhadap alergi melalui iritasi dan kepekaan dari saluran pernapasan.
Gatal, kulit merah bukan merupakan alergi tetapi hasil dari iritan dermatitis – mirip dengan luka bakar akibat bahan kimia, kata American College of Allergy, Asthma And Immunology (ACAAI) yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap klorin.
Anak-anak yang tidak memiliki kecenderungan alergi tidak memiliki peningkatan resiko mengembangkan alergi.
Orang-orang yang terlibat dalam renang kompetitif rentan terhadap bronkospasme – penyempitan saluran pernapasan yang terjadi selama atau setelah latihan atau aktivitas fisik, kata Mayo Clinic.
Kolam yang tidak diklorinasi dengan baik dapat menyebabkan erosi yang cepat dan berlebihan pada enamel gigi, ketika asam mengikis enamel pada gigi seseorang.
Dr. Leila Jahangiri dari New York University (NYU) College of Dentistry mengatakan “tingkat pH yang tidak benar dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada gigi seseorang.” “Studi kasus menunjukkan bahwa efek terjadi bila pH air berkisar antara 2,7 dan 7.”
Renang sangat populer di kalangan wanita hamil karena dapat mengurangi gejala kehamilan sekaligus membantu mereka mempertahankan kekuatan otot dan meredakan ketegangan menahan beban pada ekstremitas bawah.
Namun, ibu hamil yang berenang di kolam yang diklorinasi dapat membahayakan janin mereka karena bahan kimia beracun seperti kloroform, dibentuk oleh reaksi kimia antara klorin dan bahan organik, kata Department of the Interior dan United States Geological Survey.
Kanker kandung kemih telah dikaitkan dengan paparan produk samping klorin dalam air minum dan melalui inhalasi dan penyerapan kulit.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Epidemiology, peneliti mengamati apakah resiko kanker kandung kemih terkait dengan paparan melalui trihalometan (THM) saat berenang di kolam renang.
Hasil penelitian menunjukkan partisipan yang minum air yang mengandung klor memiliki resiko 35 persen lebih besar terkena kanker kandung kemih dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, dan perenang yang rutin berenang di kolam diklorinasi memiliki resiko 57 persen lebih besar terkena kanker kandung kemih.
(foto: smokeysmountain.blogspot.com)