Cheilitis adalah suatu peradangan pada bibir, biasanya menyebabkan pengelupasan, bibir pecah-pecah, dan bengkak. Angular cheilitis secara spesifik mengacu pada peradangan di sudut bibir.
Banyak kondisi dan faktor yang dapat menyebabkan cheilitis, kronis ataupun sementara, termasuk paparan matahari berlebih, kekurangan gizi, alergi, obat-obatan, dehidrasi, makanan, dan penyakit sistemik tertentu.
Cheilitis sementara biasanya tidak membutuhkan intervensi medis. Pengobatan untuk cheilitis kronis bergantung pada penyebab yang mendasari.
Penyebab dan Gejala
Bibir pecah-pecah (cheilitis) adalah bibir yang terlihat kering, bersisik, dan mungkin memiliki satu atau lebih retakan (fissure). Seringnya, bibir menjadi lebih sensitif, dan kemungkinan ada atau tidak ada kemerahan (erythema) dan pembengkakan (edema). Retinoid (isotretinoin dan acitretin) merupakan penyebab induksi obat yang paling sering untuk bibir pecah-pecah.
Seperti dilansir dari PositiveMed, obat-obatan lainnya yang dilaporkan memiliki induksi bibir pecah-pecah termasuk:
– Dosis tinggi vitamin A
– Litium
– Agen kemoterapi (busulfan dan actinomycin)
– D-pecinellamine
– Isoniazid
– Phenothiazine
Kemungkinan penyebab lain dari bibir pecah-pecah termasuk demam tinggi, dan juga kondisi lingkungan lainnya, seperti cuaca dingin, dehidrasi, dan defisiensi vitamin tertentu. Bibir pecah-pecah dapat terlihat pada semua usia. Akan tetapi, cheilitis biasanya terlihat pada anak usia 7-15 tahun dan ditandai dengan bibir terkelupas, berkas merah muda di sekitar mulut.
Pengobatan
American Academy of Dermatology menjelaskan bahwa kurangnya kelenjar minyak pada bibir menjadikan kulit rentan terkena episode sementara dari kekeringan dan peradangan. Lip balm melindungi bibir dari efek kekeringan akibat angin, udara kering, makanan bergaram, pernapasan mulut, dan kebiasaan menjilat bibir. Lip balm dengan sunscreen memberikan manfaat tambahan dalam melindungi bibir dari paparan matahari berlebih, meskipun tidak akan menyelesaikan bentuk kronis dari cheilitis.
Angular cheilitis dapat berkembang sebagai komplikasi defisiensi besi anemia, catat New Zealand Dermatological Society. Pada pasien dengan kondisi ini, suplemen besi memperbaiki anemia yang mendasari, memberikan resolusi terkait dengan angulaar cheilitis.
Kontaminasi jamur dari bibir pecah-pecah di sudut mulut dapat berkontribusi terhadap angular cheilitis yang persisten. Pada artikel tahun 2005 yang dipublikasikan dalam Journal of Family Practice, Dr. Nadine Skinner dan koleganya melaporkan bahwa resep salep anti-jamur dapat menjadi resolusi untuk angular cheilitis.
Paparan matahari kronis, seperti pada mereka yang sering bekerja di luar ruangan, dapat menyebabkan perubahan peradangan di bibir bawah yang dikenal sebagai actinik cheilitis atau solar cheilitis.
Tanda-tanda dan gejala dari actinic cheilitis dapat meliputi penipisan kulit bibir, pembengkakan, kemerahan, kelembutan, borok pada bibir, terkelupas, hilangnya garis pada pinggir bibir dan sekitar mulut, bercak-bercak putih dan area kulit pucat atau menguning. Actinic cheilitis merupakan kondisi pra-kanker, yang mana dapat menyebabkan karsinoma sel skuamosa jika dibiarkan begitu saja.
Dokter biasanya menggunakan terapi laser untuk menghancurkan luka kulit pra-kanker akibat actinic cheilitis. Skin Cancer Foundation mencatat bahwa mereka yang mengambil blood thinner mendapatkan manfaat dari tidak adanya pendarahan terkait pengobatan laser dibandingkan dengan intervensi bedah. Melindungi bibir dari paparan matahari dengan lip balm yang mengandung sunscreen atau topi untuk menaungi wajah akan membantu mencegah timbulnya kembali actinic cheilitis.
Obat topikal 5-fluorouracil merupakan obat kemoterapi yang diterapkan pada bibir sebagai pengobatan untuk actinic cheilitis. Dalam surat tahun 2008 kepada editor yang dipublikasikan dalam American Family Physician, Dr. George Larios dan koleganya melaporkan bahwa topikal 5-fluorouracil tetap menjadi pilihan pengobatan yang lebih disukai untuk pasien dengan beberapa luka tipis terkait actinic cheilitis. Bentuk pengobatan ini mencegah penodaan potensial yang dapat diakibatkan oleh jenis terapi yang lebih agresif.