Pendapat Medis Mengenai Penyebab dan Langkah Antisipasi Gugur Kandungan

Langkah Antisipasi Gugur KandunganPada awal kehamilan, bila terjadi serupa keram saat menstruasi atau sakit perut yang hebat hingga berdarah, hal itu bisa jadi pertanda keguguran.

Kebanyakan kasus keguguran terjadi secara acak hingga sulit ditentukan penyebabnya.

Para wanita yang mengalami keguguran dua sampai tiga kali belakangan mungkin diketahui mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan kehamilan mereka berakhir secara spontan, meski begitu masih saja setengahnya tak diketahui penyebabnya.

Untuk seorang wanita yang pernah mengalami keguguran, terdapat peluang sebesar 80% bahwa selanjutnya ia akan memiliki bayi(-bayi) yang sehat.

Demikian, menurut pendapat Henry Lerner, MD, profesor klinis ilmu kebidanan dan ginekologi dari Harvard Medical School serta penulis Miscarriage: Why it Happens and How Best to Reduce Your Risks (Gugur Kandungan: Penyebab Terjadinya dan Langkah Terbaik Mengurangi Resiko, – terj.) seperti dikutip dari  Parenting.com.

Lebih lanjutnya, berikut ini sekilas penyebab paling umum dari gugur kandungan.

DAFTAR ISI

Kelainan Kromosom

“Ketidakcocokan kromosom tercatat pada 60 persen kasus gugur kandungan,” ujar Bryan Cowan, MD, Kepala Departemen Ilmu Kebidanan dan Ginekologi di University of Mississippi Medical Center, Jackson, dan juru bicara bagi American College of Obstetricians and Gynecologists.

Kromosom adalah struktur kecil di tiap sel yang membawa gen, di mana manusia memiliki 23 pasang, satu bagian dari sang ibu dan satu bagian dari sang ayah.

Terkadang, saat sel telur dan sel sperma bertemu, salah satu di antaranya cacat sehingga kromosom tidak dapat tersusun sebagaimana mestinya. Pada kasus ini, embrio yang dihasilkan memiliki kelainan kromosom dan biasanya kehamilan berujung keguguran.

Pasangan yang mengalami dua atau lebih gugur kandungan sesekali mengetahui melalui tes medis bahwa mereka memiliki anomali kromosom yang tak mempengaruhi kesehatan mereka, namun mencegah kehamilan bertahan.

Jika terjadi sekali gugur kandungan, terdapat peluang yang besar wanita yang mengalaminya hamil kembali dan melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, jika keguguran terulang, pertimbangkan menyimpan jaringan (jika memungkinkan dalam cairan steril kontak lens) untuk kemudian dibawa ke lab agar dapat diuji kromosom.

Jika kromosom yang diuji normal, dokter dapat segera menelusuri kemungkinan lain yang bisa menjadi penyebab keguguran dan dapat dirawat. Demikian yang disampaikan oleh Jonathan Scher, MD, seorang spesialis kesuburan di Manhattan dan rekan penulis Preventing Miscarriage: The Good News (Mencegah Keguguran: Kabar Baiknya, -terj.).

Kelainan Rahim dan Kelemahan pada Serviks

Pada rahim yang berbentuk atau terbagi secara abnormal – disebut uterine septum – keguguran terjadi baik dikarenakan embrio tak dapat tertanam ataupun telah tertanam namun tak mendapat asupan nutrisi yang dibutuhkan untuk bertahan.

“Kelainan rahim tercatat pada 10 persen gagal kandungan,” ujar Dr. Cowan.

Kelemahan pada serviks merupakan problem lain yang dapat memicu keguguran, karena menjelang akhir triwulan pertumbuhan janin cukup besar hingga menyebabkan serviks mulai menonjol. Saat serviks melemah, ia tak dapat mempertahankan janin di dalamnya.

Dokter mungkin sulit menemukan problem ini sampai terjadinya keguguran berulang, atau sampai kehamilan tengah berjalan. Kabar baiknya adalah, “Uterine septum dapat dikoreksi dengan pembedahan,” ujar Dr. Cowan.

Pada serviks yang lemah, dokter akan meletakkan jahitan untuk menjaganya tertutup sebagai prosedur yang disebut cerclage. Terdapat kemungkinan dibutuhkan istirahat total atau rawat inap di saat kehamilan.

Kelainan pada Sistem Kekebalan Tubuh

“Jika mengingat bagaimana tubuh wanita menganggap sperma sebagai benda asing, amat mengherankan bila kehamilan bisa sampai terjadi,” ujar Dr. Scher. “Namun seringkali sel telur yang telah matang menyampaikan pesan bahwa ia bukanlah ancaman dan kehamilan pun berlangsung tanpa masalah.”

Meski begitu, pada beberapa kasus, embrio tidak diterima oleh tubuh sang wanita. “Antibodi Antiphospholipid —antibodi yang menyerang jaringan sendiri, termasuk embrio—tercatat dalam banyak gagal kandungan dimana dokter menganggapnya tak bisa dijelaskan,” ujar Dr. Scher.

Belum ada riset yang mumpuni dalam wilayah ini, ujar Dr. Scher. Meskipun perawatan yang dilakukannya tergolong eksperimen, Dr. Scher sukses mengobati para wanita dengan aspirin, heparin (pengencer darah), dan sejenis steroid.

Penyakit yang tak mendapat perawatan

Kondisi tiroid (Hiper- dan Hipo-tiroid) dan diabetes yang tak terkontrol dikaitkan dengan kondisi rahim yang tak menguntungkan. “Efek dari kondisi ini menyebabkan embrio sulit bertahan.” Terang Dr. Scher.

Wanita dengan kondisi ini mesti mengubah gaya hidupnya mengikuti rekomendasi dokter, dan mengikuti cara perawatan yang disarankan untuk membuat diabetes tetap terkontrol. Kondisi tiroid biasanya dapat diatasi dengan pengobatan

Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)

“Sekarang sindrom ini merupakan penyebab yang muncul dari keguguran berulang,” kata Dr. Scher. Wanita dengan PCOS memiliki kadar hormon testosteron pria yang terlalu tinggi, yang mana, di samping hal lainnya, menyebabkan ovulasi dan menstruasi yang tak teratur.

“Meski pada wanita yang tak mengidap diabetes, PCOS menyebabkan resistensi insulin, yang mencegah lapisan endometrial matang secara sempurna” terang Dr. Scher. Ia memperkirakan antara 5 dan 10 persen wanita di usia subur mengidap PCOS.

Perawatannya dilakukan dengan obat mulut anti diabetes, seperti metformin (Glucophage), terbukti berhasil mengurangi keguguran pada wanita dengan PCOS.

Infeksi bakteri

Banyak mikroorganisme hidup tanpa membahayakan—bahkan membantu—pada sistem reproduksi pria dan wanita. Namun beberapa jenis bakteri dapat menjadi masalah, di antaranya meningkatkan resiko terjadinya keguguran. Khususnya—mycoplasma hominis dan ureaplasma urealyticum—hidup dalam sistem genital pria dan wanita sehat, namun dapat meningkatkan resiko keguguran.

Pada wanita, infeksi bakteri ini dapat mengakibatkan radang pada endometrium (lapisan rahim) hingga mustahil bagi embrio untuk berkembang. “Bagaimanapun tak ada gejala, sehingga satu-satunya cara mengetahui apakah Anda atau pasangan membawa organisme ini adalah dengan tes” ujar Dr. Scher.

Infeksi ini dapat dengan mudah diatasi dengan antibiotik.

Gaya Hidup tak Sehat

Gaya hidup tak sehat misalnya rokok, alkohol, narkoba, toksin di lingkungan sekitar, dapat turut berpengaruh.

“Nikotin melewati plasenta dan mengganggu asupan darah serta pertumbuhan janin,” ujar Dr. Scher. Perokok memiliki resiko keguguran hingga dua kali lipat dibandingkan bukan perokok. Mengonsumsi minuman keras juga dikaitkan dengan keguguran. Apalagi memakai narkoba sebagai sebuah tindakan bodoh.

Terakhir, wanita yang bekerja di lingkungan tertentu—termasuk sawah, ruang operasi, praktek dokter gigi, dan laboratorium rumah sakit—memiliki resiko keguguran yang lebih tinggi tanpa diketahui alasannya.

Menghentikan kebiasaan merusak meningkatkan peluang kehamilan yang berhasil, ujar Dr. Scher. Jika khawatir akan pengaruh kesehatan dari lingkungan kerja, sampaikanlah hal tersebut kepada dokter.

(foto: parenting.com)