Sarin, gas saraf mematikan yang kata Amerika Serikat telah dikeluarkan oleh rezim Suriah di pinggiran kota Damaskus bulan lalu, dikembangkan oleh para ilmuwan Nazi pada tahun 1938.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, mengatakan tes pada rambut dan sampel darah diambil dari pekerja darurat yang bergegas ke lokasi serangan Damaskus pada 21 Agustus telah menunjukkan indikasi gas sarin.
Gas yang dikatakan menewaskan lebih dari 1.400 orang, termasuk ratusan anak-anak di Suriah ini, membunuh dengan melumpuhkan pusat pernafasan dari sistem saraf pusat dan melumpuhkan otot-otot sekitar paru-paru jika terhirup atau diserap oleh kulit.
Kombinasi mengakibatkan kematian karena mati lemas, dan sarin dapat mengkontaminasi persediaan makanan atau air, menurut US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), yang mencatat bahwa ada penangkal.
DAFTAR ISI
Nama ‘SARIN’ berasal dari ahli kimia yang menemukannya secara kebetulan: Schrader, Ambros, Ruediger et Van der Linde. Sarin awalnya dikembangkan pada tahun 1938 di Jerman sebagai pestisida, tetapi rumus itu kemudian diambil oleh militer Nazi untuk senjata kimia.
Sarin dalam bentuk murni merupakan cairan bersih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak memiliki bau. Namun, sarin bisa menguap menjadi uap (gas) dan menyebar ke lingkungan.
“Sarin 26 kali lebih mematikan dibandingkan gas sianida. Hanya setetes kecil berukuran peniti akan membunuh manusia,” menurut World Health Organization.
Tingkat keracunan yang disebabkan oleh sarin tergantung pada jumlah paparan, bagaimana seseorang terpapar, dan lama waktu pemaparan. Gejala paparan termasuk mual dan sakit kepala keras, penglihatan kabur, ngiler, kejang otot, pernapasan terhenti dan kehilangan kesadaran, menurut CDC.
Agen saraf umumnya bereaksi cepat dan hanya memerlukan teknik kimia yang sederhana dan murah, bahan-bahan tersedia untuk membuatnya.
Menghirup dosis tinggi – misalnya 200 miligram sarin – dapat menyebabkan kematian “dalam beberapa menit,” dengan tidak ada waktu bahkan untuk mengembangkan gejala, menurut Organization for the Prohibition of Chemical Weapons.
Paparan melalui kulit membutuhkan waktu lebih lama untuk membunuh dan gejala pertama mungkin tidak terjadi selama satu setengah jam, diikuti oleh perkembangan cepat.
Bahkan jika gas tersebut tidak membunuh, efek sarin dapat menyebabkan kerusakan permanen – merusak paru-paru, mata dan sistem saraf pusat korban. Lebih berat dari udara, gas bisa berlama-lama di suatu area sampai enam jam, tergantung pada kondisi cuaca.
Sarin merupakan agen saraf yang paling stabil. Ini berarti ia dapat dengan mudah dan cepat menguap dari cair menjadi uap dan menyebar ke lingkungan. Ia mirip dengan beberapa jenis insektisida (pembunuh serangga) yang disebut organofosfat dalam hal bagaimana ia bekerja dan efek berbahaya yang ditimbulkan. Namun, agen saraf jauh lebih kuat dibandingkan pestisida organofosfat.
Semua agen saraf menimbulkan efek toksik dengan mencegah operasi yang tepat dari enzim yang bertindak sebagai “off switch” tubuh untuk kelenjar dan otot. Tanpa “off switch,” kelenjar dan otot terus-menerus terstimulasi. Orang yang terkena mungkin menjadi lelah dan tidak lagi bisa tetap bernafas.
Sarin digunakan dalam dua serangan teroris di Jepang pada tahun 1994 dan 1995.
Serangan sarin yang paling terkenal terjadi pada Maret 1988 di Halabja, sebanyak 5.000 orang Kurdi tewas dan 65.000 terluka ketika militer Irak menggunakan kombinasi bahan kimia termasuk sarin, gas mustard dan kemungkinan XV, agen saraf yang 10 kali lebih kuat dibanding sarin.
Hal ini diduga telah menjadi serangan gas terburuk yang pernah menargetkan warga sipil.
(foto: livescience.com)