Mengungkap Kandungan Berbahaya dari Bir

waktu baca 3 menit
Sabtu, 17 Agu 2013 11:32 0 47 Mayrani
 

kandungan birBir bukan hanya masalah pencampuran jumlah yang tepat setiap bahan dan voila, jadilah bir!

Serangkaian reaksi biokimia kompleks harus dilakukan untuk mengubah jelai menjadi gula fermentasi, dan memungkinkan ragi untuk hidup dan berkembang biak yang akan mengubah gula menjadi alkohol.

Pabrik komersial menggunakan peralatan dan proses yang canggih untuk mengontrol ratusan variabel sehingga setiap batch bir akan memiliki rasa yang sama.

Sebagai detektif bahan, Vani Hari, seorang blogger yang juga dikenal sebagai “Food Babe“, telah memeriksa kebenaran di balik label dan menganalisis kebenaran suatu produk. Baru-baru ini, ia telah merilis temuan tentang ramuan misterius industri bir.

Cara alkohol termetabolisme dalam tubuh dapat memberikan penjelasan mengenai bagaimana tubuh mencerna makanan, hormon, dan obat-obatan. Hari tidak hanya mengamati pengaruh bir terhadap organ, tetapi juga konsekuensi umum konsumsi alkohol pada kesehatan.

Pemecahan alkohol berbeda dari zat lain karena alkohol tersebut langsung menuju ke dalam aliran darah melalui perut dan usus, yang kemudian tersaring melalui hati. Hati adalah organ pembakar lemak utama tubuh dan akan memprioritaskan metabolisme alkohol lebih dari lemak, yang akhirnya membuat proses penurunan berat badan menjadi lebih sulit.

Seperti dilansir dari Medical Daily, Hari menemukan bahwa, setelah mewawancarai dan meneliti berbagai perusahaan bir, bir Amerika dibuat dengan banyak bahan selain dari bahan dasar, malt (jelai atau biji-bijian lain yang telah direndam, berkecambah, dan dikeringkan), dan ragi.

Tapi rata-rata konsumen buta terhadap zat aditif asing yang digunakan untuk memperjelas, menstabilkan, mempertahankan, dan meningkatkan warna dan rasa bir, terutama karena produsen tidak diwajibkan secara hukum untuk mengungkapkan daftar bahan produksi bir pada kemasannya.

DAFTAR ISI

Apa yang terungkap dari investigasi bir?

Hari memulai investigasinya dengan membaca Chemical Additives in Beer oleh Center of Science and Public Interest, yang menyediakan daftar dasar dari semua zat aditif yang umum diketahui dalam bir, seperti sirup jagung fruktosa tinggi, pewarna karamel, dan organisme yang dimodifikasi secara genetik (genetically modified organisms, GMO) seperti dekstrosa dan sirup jagung.

Yang lebih mengejutkan, hal ini mulai terungkap hanya ketika Hari dipaksa untuk mengajukan pertanyaan spesifik karena perusahaan bir tidak akan merilis daftar bahan.

Miller Coors, pembuat bir Amerika yang sangat populer yang bergabung bersama dengan Molson Coors Company, mengakui penggunaan GMO. “Sirup jagung memberikan bir rasa ringan dan meringankan tubuh. Sirup jagung dapat berasal dari campuran jagung (konvensional dan biotek).”

Corona, Fosters, Pabst Blue Ribbon, dan Red Stripe juga turut menambahkan sirup jagung transgenik dalam campuran bir mereka. Sirup jagung tampaknya ada dalam segala hal, terutama sirup jagung fruktosa tinggi, yang dapat ditemukan di hampir segala sesuatu mulai dari sepotong roti hingga yogurt dan sekarang bahkan Guinness.

Meskipun Guinness berasal dari Dublin dan telah berhasil menjadi salah satu bir yang paling banyak tersedia dan populer di dunia. Seorang konglomerat alkohol multinasional yang berbasis di Inggris, Diageo yang sekarang membuat bir, mengungkapkan bahwa Guinness berisi isinglass, zat gelatin yang diproduksi dari kandung kemih ikan.

Daftar bahan yang disembunyikan, yang digunakan untuk menghilangkan “kekaburan,” padatan, atau produk sampingan ragi.

Efek Kesehatan

Menurut Bernstein, ada beberapa jenis efek kesehatan potensial yang dapat ditimbulkan dari penyisipan gen baru ke suatu organisme. Efek kesehatan yang menjadi perhatian berupa produksi alergen baru, peningkatan toksisitas, penurunan nutrisi, dan resistensi antibiotik.

Hari melakukan evaluasi secara menyeluruh pada masing-masing produsen bir besar, dan menemukan bahwa ada berbagai minuman bergelembung yang dianggap cukup aman untuk dikonsumsi. Bir Jerman dapat diandalkan, pilihan yang aman karena budaya Jerman yang bangga pada produk kerajinan murni.

Bahkan, mereka memiliki hukum yang disebut “Reinheitsegebot” yang membatasi semua pembuatan bir hingga daftar inti berupa bahan air, hops, ragi, malt jelai, dan gandum. Banyak konsumen percaya rasa bir ini bersih dan melaporkan bahwa mereka tidak menderita mabuk karena aturan kemurnian, seperti yang telah diundang-undangkan pada tanggal 23 April 1516.