Migrain dapat melemahkan, dan meskipun penyebab pastinya tidak diketahui, mutasi genetik mungkin memainkan peran dalam menentukan siapa saja yang mengembangkan migrain, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan hari ini dalam jurnal Science Translational Medicine.
Para peneliti mengatakan temuan ini dapat membantu mengarah ke pengobatan yang lebih baik, lebih efisien, seperti yang kami lansir dari everydayhealth.com.
DAFTAR ISI
Bekerja pada manusia, tikus, dan sel-sel, peneliti dari University of California, San Francisco menemukan bahwa mutasi pada gen yang dikenal sebagai kinase I delta (CKIdelta) bisa menjadi penyebab migrain.
Penelitian sebelumnya telah mengaitkan gen dengan peningkatan kecil resiko, tapi ini adalah yang pertama untuk menunjukkan hubungan yang lebih konkret, kata para peneliti.
Mereka mengamati dua keluarga yang memiliki migrain dan menemukan bahwa sebagian besar penderita migrain dalam keluarga bisa memiliki mutasi atau memiliki orang tua dengan mutasi.
“Ini adalah gen pertama di mana mutasi telah terbukti menyebabkan bentuk migrain yang sangat khas,” kata penulis studi J. Louis Ptacek, MD, profesor neurologi di UCSF, dalam sebuah pernyataan. “Ini kilasan awal kami pada suatu kotak hitam yang belum kami mengerti.”
Selain itu, mereka menemukan peningkatan sinyal aktivitas dalam sel otak yang disebut astrosit, yang bisa menjadi kemungkinan target untuk pengobatan baru, menurut penelitian ini.
“Karena kita telah memahami dengan lebih jelas, kita dapat mulai berpikir tentang terapi yang lebih baik,” kata Dr. Ptacek dalam sebuah pernyataan. “Molekul tertentu mungkin menjadi target untuk obat baru.”
Migrain mempengaruhi 10 sampai 20% dari semua orang di seluruh dunia, kata para peneliti, dan menyebabkan sakit kepala dan hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara.
Migrain dapat mengganggu kehidupan sehari-hari – 91% orang dengan migrain kehilangan pekerjaan atau tidak dapat berfungsi normal selama serangan migrain, dan 24% penderita migrain masuk ke ruang gawat darurat karena sakit migrain yang parah, menurut data tahun 1999 dari American Migraine Study II, data terbaru yang tersedia.
Pengobatan untuk migrain bervariasi, tetapi bisa termasuk antidepresan dan antikejang yang bertujuan untuk mencegah sakit kepala. Namun, obat tidak selalu berhasil, dan temuan ini bisa mengarah pada pengobatan yang lebih baik.
Bagaimanapun, satu mutasi genetik ini bertanggung jawab terhadap migrain, kata Adam Hamawy, MD, seorang ahli bedah migrain yang berbasis di New York City, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan yang lain.
Tapi kemungkinan, menargetkan astrosit atau area lain dari otak bisa menjadi pengobatan standar untuk migrain.
“Sama seperti dengan sumber genetik, ia memberikan area potensial untuk pilihan pengobatan,” katanya. “Jika peneliti dapat memblokir protein yang diproduksi atau merangsang yang tidak, Anda mungkin dapat menghentikan aliran kejadian yang mengarah ke migrain.”
Tetapi bahkan jika ditemukan, ini mungkin tidak akan menjadi obat untuk semua migrain.
“Migrain sangat kompleks,” kata Dr Hamawy. “Beberapa orang memiliki migrain tanpa riwayat keluarga. Pada orang lain, ia menurun di dalam keluarga mereka. Tidak ada satu hal yang akan membantu semua orang.”
Selain itu, setiap pengobatan potensial masih membutuhkan jalan panjang, tambahnya.
“Ini adalah temuan awal,” kata Hamawy. “Bisa jadi bertahun-tahun sebelum semua jenis pengobatan dikembangkan, jika akan ada.”
(foto: familymedicinehealthcare.com)