Ternyata, Olahraga Juga Bermanfaat bagi Retina Mata

Berolahraga menggerakkan anggota tubuh telah lama diketahui memiliki berbagai manfaat kesehatan. Jadi, bukan berita baru lagi bila ada temuan studi yang menyebutkan hal tersebut.

Meski begitu, tetap saja ada temuan-temuan yang semakin menguatkan dan memperluas bahasan manfaat kesehatan ke berbagai aspek yang tak diketahui sebelumnya.

Olahraga Juga Bermanfaat bagi Retina Mata

Bila umumnya kita mengenali olahraga sebagai bermanfaat menjaga kesehatan jantung, misalnya, kini terdapat temuan yang menyebut manfaat berolahraga bagi kesehatan mata. Bagaimana persisnya?

DAFTAR ISI

Studi Menyebutkan Manfaatnya bagi Retina

Aerobik tingkat sedang membantu menjaga struktur dan fungsi sel saraf pada retina dari kerusakan, demikian menurut studi terhadap hewan yang dipublikasikan pada tanggal 12 Februari dalam The Journal of Neuroscience, sebagaimana dilansir dalam Medical News Today, Selasa (11/02/14).

Penemuan ini menunjukkan bahwa berolahraga dapat memperlambat perkembangan penyakit degeratif pada retina.

Degenerasi mata yang terkait dengan usia merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada orang lanjut usia, yang disebabkan oleh matinya sel saraf penerima cahaya pada retina yang disebut fotoreseptor.

Meski beberapa studi pada hewan dan manusia menunjukkan efek protektif berolahraga pada penyakit atau luka neurodegeneratif, sedikit yang diketahui soal bagaimana berolahraga mempengaruhi penglihatan.

Percobaan pada Tikus

Machelle Pardue, PhD, bersama dengan koleganya Eric Lawson dan Jeffrey H. Boatright, PhD, dari Pusat Rehabilitasi Visual dan Neurokognitif Atlanta VA serta Emory University, tikus yang berlari di treadmill selama dua minggu sebelum dan sesudah membawanya terpapar cahaya terang yang menyebabkan degerasi/ penurunan fungsi retina.

Para peneliti menemukan bahwa latihan treadmill memelihara fungsi fotorseptor dan retina pada tikus.

“Ini merupakan laporan pertama soal olahraga sederhana memiliki langsung terhadap kesehatan retina dan penglihatan,” ujar Pardue. “Riset ini mungkin suatu hari dapat membawa pada rangkaian olahraga yang terancang atau kombinasi terapi dalam perawatan penyakit kebutaan.”

Pada studi terkini, para ilmuwan melatih tikus untuk berlari pada treadmill selama satu jam per hari, lima hari seminggu, selama dua pekan. Setelah hewan tersebut dibawa pada paparan cahaya terang yang merusak – model yang biasa digunakan untuk degenerasi retina – hewan-hewan tersebut dilatih lagi selama dua minggu.

Hewan yang terlatih hanya kehilangan setengah angka sel fotoreseptor dibandingkan hewan yang menghabiskan waktu setara di treadmill statis.

Peran Protein Faktor Neurotropik Derivat Otak

Sebagai tambahan, sel retina dari tikus yang terlatih lebih responsif terhadap cahaya dan memiliki pertambahan tingkat pertumbuhan serta protein yang meningkatkan kesehatan yang disebut faktor neurotropik derivat otak /brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang mana studi terdahulu mengaitkan efek manfaat berolahraga.

Saat ilmuwan menghambat reseptor  protein yang disebut BDNF ini pada tikus yang terlihat, mereka menemukan bahwa fungsi retina tikus yang terlatih sama buruknya dengan tikus yang inaktif, yang secara efektif menghilangkan efek olahraga aerobik.

“Temuan ini memperbarui pemahaman kita saat ini mengenai efek neuroprotektif pada olahraga aerobik dan peran BDNF,” jelas Michelle Ploughman, PhD, yang mempelajari efek olahraga terhadap otak yang sehat dan berpenyakit di Memorial University of Newfoundland, dan tak terlibat dengan studi ini.

“Orang-orang yang beresiko terhadap degenerasi fungsi penglihatan atau memiliki pertanda awal dari penyakit ini bisa memperlambat perkembangan penurunan daya visualnya,” tambahnya.

Semakin panjang daftar alasan untuk merutinkan olahraga, masalahnya sekarang, mampukah kita memperpendek alasan untuk tak melakukannya?

(Foto: medicaldaily.com)