Waspadai Efek Samping dan Resiko Terapi Hormon!

waktu baca 3 menit
Selasa, 2 Apr 2013 11:04 0 43 Mayrani
 

Terapi hormonTerapi hormon

Terapi hormon pengganti – obat yang mengandung hormon wanita untuk menggantikan karena tubuh tidak lagi membuatnya setelah menopause – digunakan sebagai pengobatan standar untuk wanita dengan gejala menopause.

Penggunaan terapi hormon berubah tiba-tiba saat uji coba klinis besar menemukan bahwa pengobatan sebenarnya menimbulkan resiko kesehatan lebih banyak dari manfaat untuk satu jenis terapi hormon, terutama ketika diberikan kepada wanita pascamenopause yang lebih tua.

Terapi hormon tidak lagi dianjurkan untuk pencegahan penyakit, seperti penyakit jantung atau kehilangan memori. Namun, penelaahan lebih lanjut tentang uji klinis dan bukti baru menunjukkan bahwa terapi hormon mungkin menjadi pilihan yang baik bagi wanita tertentu, tergantung pada faktor-faktor resiko mereka.

Efek Samping dan Resiko Terapi Hormon

Wanita dapat mengalami efek samping selama terapi hormon, ini dapat dibagi menjadi efek samping yang lebih ringan, dan efek samping yang lebih serius. Efek samping yang lebih ringan meliputi:
– sakit kepala,
– muntah,
– nyeri payudara

Masih menjadi kontroversial apakah efek samping tersebut disebabkan oleh komponen estrogen dibandingkan dengan komponen progesteron. Oleh karena itu, jika efek samping bertahan selama beberapa bulan, dokter akan sering mengubah baik bagian progesteron atau estrogen dari terapi hormon.

Berlawanan dengan kepercayaan umum, penelitian terbaru telah mengkonfirmasi bahwa wanita yang mengkonsumsi dosis terapi hormon tidak lebih mungkin untuk mendapatkan berat badan daripada wanita yang tidak memakai terapi hormon. Hal ini mungkin karena menopause atau penuaan itu sendiri dikaitkan dengan penambahan berat badan, terlepas dari apakah wanita tersebut mengambil terapi hormon atau tidak.

Masalah kesehatan yang lebih serius bagi perempuan yang menjalani terapi hormon meliputi:

– Terapi hormon meningkatkan resiko pembekuan pembuluh darah di kaki (deep vein thrombosis) dan pembekuan darah di paru-paru (pulmonary embolus) oleh sekitar 2 atau 3 kali lipat. Namun, penting untuk diingat bahwa kondisi ini sangat jarang terjadi pada wanita yang sehat.

– Kanker endometrium: Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang memiliki rahim dan menggunakan estrogen saja beresiko untuk kanker endometrium. Namun sekarang ini kebanyakan dokter meresepkan kombinasi estrogen dan progestin. Progestin melindungi terhadap kanker endometrium.

– Kanker payudara: Penelitian terbaru menunjukkan bahwa terapi hormon, dan terutama terapi estrogen-progestin, meningkatkan resiko kanker payudara, meskipun peningkatan resiko sangat kecil.

– Penyakit jantung: Meskipun terapi hormon menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL), terapi hormon meningkatkan resiko serangan jantung pada wanita yang sudah memiliki penyakit jantung, serta pada wanita yang tidak memiliki penyakit jantung yang diketahui.

– Pendarahan vagina abnormal: Perempuan pada terapi hormon lebih mungkin dibandingkan perempuan postmenopause lainnya mengalami pendarahan vagina abnormal. Apa yang disebut “pendarahan abnormal” tergantung pada jenis terapi hormon.

– Stroke: Terapi hormon sedikit meningkatkan resiko stroke pada wanita, hasil studi oleh Women’s Health Initiative.

(photo: abcnews.go.com)